Share for friends:

Tuesdays With Morrie (2015)

Tuesdays with Morrie (2015)

Book Info

Author
Genre
Rating
4.01 of 5 Votes: 1
Your rating
ISBN
0751529818 (ISBN13: 9780751529814)
Language
English
Publisher
warner

About book Tuesdays With Morrie (2015)

ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) adalah penyakit yang mempengaruhi sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini menyebabkan otot melemah dan menciut (atrofi). Penyakit ALS juga dikenal dengan nama Lou Gehrig, yang diambil dari nama pemain baseball terkenal dari tim New York Yankees. Lou Gehrig didiagnosis menderita ALS sehingga mengakhiri karirnya sebagai pemain baseball pada tahun 1939. Sementara orang Inggris dan Australia, menyebut ALS sebagai Motor Neuron Disease (MND) atau penyakit saraf-saraf Motorik. Sedangkan orang Perancis mengistilahkannya sebagai Malide de Charcot, yang diambil dari nama Dr.Jean-Martin Charcot – orang pertama yang menulis mengenai ALS pada tahun 1869. Gejala awal ALS mungkin sering diabaikan, seperti berkedut, kram (kaku otot), lemah otot lengan atau kaki (sering terjatuh atau tersandung atau menjatuhkan barang), bicara melantur atau kesulitan berbicara, mengunyah dan menelan. Gejala lanjutannya, seperti kesulitan bernapas dan mengalami kelumpuhan. Sekilas, penyakit ini memiliki gejala yang sama dengan penyakit-penyakit lain yang mempengaruhi saraf dan otot tubuh, misalnya: parkinson dan stroke.Asosiasi ALS di Amerika Serikat menegaskan, penyakit ini bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak dan remaja. Meski data yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang terkena penyakit ALS adalah orang dewasa yang berusia antara 40 hingga 70 tahun. Populasi penderitanya pun terbilang sedikit, hanya dialami oleh 2 dari 100,000 orang setiap tahunnya. ALS bukanlah penyakit menular, dan 90% kasus bukan merupakan penyakit yang diturunkan. Hanya sekitar 5-10% penderita ALS yang memiliki hubungan keluarga.ALS tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melihat, mencium, merasakan, mendengar, atau mengenali sentuhan. Pasien biasanya mempertahankan kontrol otot mata dan fungsi kandung kemih dan usus, meskipun pada tahap akhir penyakitnya, pasien membutuhkan bantuan untuk ke kamar mandi.Saat penyakit semakin parah, otak penderita pada akhirnya tidak dapat mengendalikan pergerakan otot. Ketika otot dalam diafragma dan dinding dada gagal berfungsi, penderita akan kehilangan kemampuan untuk bernapas tanpa bantuan ventilasi. Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan pada otot-otot pernapasan.Kebanyakan penderita ALS hanya bertahan hidup 2 sampai 5 tahun setelah diagnosis. Tetapi ada pengecualian untuk Stephen Hawking, yang bisa bertahan hidup selama 47 tahun sejak ia memiliki penyakit ALS.* * * * *Penyakit ALS inilah yang menyerang Morrie di usianya yang sudah tujuh puluhan. Menggerogoti dan melumpuhkan tubuhnya pelan-pelan. Hingga untuk melakukan hal-hal yang bersifat pribadi pun dia harus dibantu oleh orang lain. Apakah aku akan menyerah dan mati begitu saja, atau akan memanfaatkan sisa waktuku sebaik-baiknya?Pertanyaan itu biasanya muncul di kepala orang yang divonis tidak akan berumur panjang. Pilihannya adalah menyerah atau berjuang. Morrie tidak menyerah. Dia memilih berjuang dan menjadikan dirinya yang sudah sekarat menjadi proyek terakhirnya. Mata kuliah terakhir yang dia bagikan sebelum meninggal. Proyek makna hidup yang menjadi pusat perhatiannya selama menjalani sisa hari-harinya. Dia ingin orang lain bisa belajar tentang makna hidup dari proses kematiannya yang berjalan lambat.‘Kuliah’ itu berlangsung setiap hari Selasa. Dan cukup banyak pesan dan pelajaran yang dititipkan Morrie lewat Mitch Albom untuk saya, dan mungkin juga untuk Anda yang berniat membacanya. Diantaranya, semangat kasih, kepercayaan terhadap orang lain, persahabatan, keluarga, perkawinan, betapa pentingnya pendidikan.Halaman-halaman buku pinjaman dari Roos ini, saya tempeli dengan banyak kertas penanda. Sangat banyak kalimat menarik yang saya temukan. Satu yang paling menarik menurutku adalah...“Ted, penyakit ini juga menyerang jiwaku. Tapi ia tidak akan mendapatkannya. Hanya tubuhku yang kena. Bukan jiwaku.” hal 173Saya juga jadi tertarik untuk mengadakan “acara pemakaman” bahkan sebelum saya meninggal, seperti yang dilakukan oleh Morrie. Saya ingin mendengar langsung apa kesan orang mengenai hidup yang saya jalani. Saya ingin mendengarnya ketika saya masih bernafas, bukan ketika saya sudah terbujur kaku di dalam peti mati. Saya ingin benar-benar melihat seberapa banyak orang yang tulus datang di “acara pemakaman” saya. Saya ingin menyaksikan apakah hidup saya sudah berarti bagi banyak orang, setidaknya bagi orang-orang di sekeliling saya.Melalui buku ini, Morrie kembali mengingatkan saya untuk menjalani hidup hari ini seolah-olah besok adalah hari kematian saya. Jadi, akan seperti apa saya menjalani hidup hari ini?Dan lagu ini akan menjadi salah satu soundtrack hidup saya hari ini:Live Like We're Dying - Kris AllenSometimes we fall down, can't get back up; We're hiding behind skin that's too toughHow come we don't say I love you enough; Till it's to late, it's not too lateOur hearts are hungry for a food that won't come; And we could make a feast from these crumbsAnd we're all staring down the barrel of a gun; So if your life flashed before you,What would you wish you would've doneYeah, we gotta start looking at the hands of the time we've been given; If this is all we got and we gotta start thinking; If every second counts on a clock that's tickingGotta live like we're dyingWe only got 86,400 seconds in a day to turn it all around or to throw it all awayWe gotta tell them that we love them; While we got the chance to sayGotta live like we're dyingAnd if your plane fell out of the skies; Who would you call with your last goodbyeShould be so careful who we live out our lives; So when we long for absolution,There'll no one on the line, yeahYeah, we gotta startLooking at the hands of the time we've been given; If this is all we got and we gotta start thinkingIf every second counts on a clock that's ticking; Gotta live like we're dyingWe only got 86,400 seconds in a day to turn it all around or to throw it all awayWe gotta tell them that we love them; While we got the chance to sayGotta live like we're dyingLike we're dying, oh, like we're dying..You never know a good thing till it's gone; You never see a crash till it's head onWhy do we think we're right when we're dead wrong; You never know a good thing till it's goneYeah, we gotta startLooking at the hands of the time we've been given; If this is all we got and we gotta start thinkingIf every second counts on a clock that's ticking; Gotta live like we're dyingWe only got 86,400 seconds in a day to turn it all around or to throw it all awayWe gotta tell them that we love them; While we got the chance to sayGotta live like we're dyingLike we're dying, oh, like we're dying..We only got 86,400 seconds in a day to turn it all around or to throw it all awayWe gotta tell them that we love them; While we got the chance to sayGotta live like we're dying..

Gue memasuki tahun 2013 ini tanpa daftar. Hanya beberapa catatan penting yang sederhana. Tidak banyak, tapi semoga bisa tetap bertahan sampai di akhir tahun.Tahun lalu, gue bersemangat mencoba banyak hal baru, dan berniat memperkaya pengalaman dengan menantang diri sendiri untuk melakukan lebih banyak hal. Jadilah gue membuat daftar."27 daftar dari hal-hal yang ingin gue lakukan sebelum gue berusia 27 tahun."Sebagian dari daftar ini terlaksana. Sebagian lagi tidak. Sebagian lainnya tidak terselesaikan. Tapi tidak apa. Gue puas. Karena yang sedikit itu jauh lebih berarti daripada tidak sama sekali. Ya kan?Jadi apa itu berarti gue akan menjelang bahagia dengan memiliki lebih sedikit keinginan di awal tahun ini?Tidak. Karena kenyataannya, gue takut.Tahun ini gue akan berumur 28.My biological clock is ticking. And I wish I could stop it. Freeze it. Or anything.Rasanya seperti menyusuri lorong gelap yang lembap, dengan pakaian setengah basah, kedinginan, kelaparan, meraba-raba, dan sendirian. Pelan-pelan, berharap bisa melihat cahaya entah dari mana saja.Kemudian tanpa prasangka apa-apa, buku ini lah yang gue baca di awal tahun ini.Pelajaran tentang makna hidup.Dan kemudian, hal ini yang tersampaikan langsung kepada gue: Kita tahu bahwa penuaan tidak hanya berarti pelapukan, tetapi juga pertumbuhan. Penuaan tidak hanya bermakna negatif, bahwa kita akan mati, tetapi juga makna positif, bahwa kita mengerti kenyataan bahwa kita akan mati dan karena itu kita berusaha untuk hidup dengan cara lebih baik.Jika kalian bersikeras melawan proses penuaan kalian akan selalu merasa tidak bahagia, karena bagaimanapun itu akan terjadi. p. 126 Dan gue mengamini itu semua. Menua berarti kebijaksanaan untuk memahami mengapa kita ada. Terima kasih, Morrie.Gue takut kalau salah satu dari orang yang gue sayang mungkin tidak akan ada untuk menutup tahun 2013 dan menjelang tahun 2014 bersama gue.Atau malah mungkin gue yang tidak akan ada lagi untuk menyambut tahun-tahun lain kehidupan gue di dunia ini. Yah, namanya umur kan ngga ada yang tahu. Mengetahui bawa kita akan mati, dan bersiap diri andaikan hal itu terjadi entah kapan. Itu lebih baik. Dengan cara demikian sesungguhnya kita dapat lebih berperan dalam proses yang terjadi sementara kita masih hidup. (p. 86) Gue suka sekali dengan "upacara pemakaman" yang diadakan Morrie untuk dirinya sendiri dimana ia masih bisa mendengarkan eulogi yang disampaikan oleh orang-orang terdekatnya disaat ia masih hidup. Itu merupakan salah satu hal luar biasa yang gue dapatkan juga dari buku ini.Kemudian, gue takut sendirian. Bukan bicara status, tapi serius, dalam beberapa aspek kehidupan, gue ngga lagi nyaman dengan kesendirian. Gue benci dengan masa lalu yang mengantarkan kesendirian ke hadapan gue. Gue benci pernah disingkirkan. Dan pada akhirnya, setelah semua emosi itu tak lagi bisa diluapkan, ia mengerak, mengendap, menolak untuk dilenyapkan. Satu-dua kali, gue menangisi diri sendiri. *ih sumpah gue jujur banget sih *sigh* Aku memberi kesempatan kepada diriku untuk menangis kalau itu perlu. Tapi setelah itu aku memusatkan perhatianku kepada segala hal yang masih baik dalam hidupku.Setiap pagi kubiarkan diriku menangis sedikit, tapi hanya itu. (p. 61) Oh. Begitu rupanya. *menghela napas lagi*Mengawali tahun yang baru dengan sederet ketakutan tersebut, gue mungkin bisa menampilkan kesan bahwa gue tak pedulian dengan itu semua. Tapi kalau boleh jujur, mengingkari perasaan sendiri bukanlah hal yang menyenangkan.Makin kesini gue makin sadar, bahwa pengalaman memang penting. Tapi bagaimana bila seandainya, atas nama "pengalaman", yang selama ini gue lakukan sebenarnya hanyalah berusaha mengenyahkan ketakutan-ketakutan itu satu-persatu?Membaca buku ini, gue jadi memahami: Keseimbangan itu penting. Keseimbangan yang gue cari adalah bagaimana gue bisa memperkaya diri sendiri dengan pengalaman, sekaligus memperkaya batin.Menyelesaikan buku ini seperti menikmati lagi hangat matahari setelah berhari-hari kita terkurung di dalam badai. Gue menemukan pencerahan. Semangat. Bahwa ada jauh lebih banyak hal-hal baik dalam hidup. Hal-hal baik yang selama ini mungkin luput dari perhatian karena kita begitu terbiasa dengan kehidupan.Hal-hal yang tak lagi terdengar, karena hiruk-pikuk rutinitas yang selalu berpacu dengan waktu. Yang hanya bisa didengarkan, apabila kita memang benar-benar mau mendengarkan.Akhirnya, perjalanan gue di lorong gelap itu berakhir.Buat gue, Mitch Albom beruntung. Morrie pun beruntung. Dan gue juga beruntung.Satu-dua typo tidak jadi masalah. Anehnya, beberapa kesalahan pengetikan itu justru malah menguatkan sosok Morrie yang digambarkan oleh Albom di dalam buku ini. Karena seperti itulah Morrie. Dengan segala ketidaksempurnaannya. Tapi begitu kaya. (Walopun sebenernya yang harusnya ngurusin typonya mah kan editor atau proofreadernya ya. Ngga ada urusannya ama Morrie langsung sih..)Tidak banyak buku yang mampu menghadirkan kehangatan di dalam hati gue setelah gue selesai membacanya. Buku-buku yang bisa menyembuhkan lewat kata-kata. Sejauh yang gue ingat, cuma Aleph dan Tiket Emas Kehidupan yang dulu mampu begitu.Sungguh, banyak hal yang gue pelajari, renungkan, tangisi, dan resapi di dalam buku ini. "Aku percaya dengan manfaat kehadiran yang seutuhnya," kata Morrie. Artinya kita harus bersama orang yang sedang kita hadapi. Ketika aku berbincang denganmu sekarang, Mitch, aku mencoba tetap memusatkan perhatianku hanya kepada yang sedang kita bicarakan. Aku tidak berpikir tentang sesuatu yang kita obrolkan pekan lalu. Aku tidak berpikir tentang apa yang akan terjadi Jumat besok. Aku tidak berpikir tentang penampilanku nanti bersama Koppel, atau tentang obat-obatan yang sedang aku minum."Aku sedang bercakap-cakap denganmu. Maka aku berpikir tentangmu." Begitulah.Rasa-rasanya semesta memang berbicara dengan cara yang rahasia. Tanpa bisa kita duga. Dan terlepas dari bagaimana kita menerjemahkannya, kita harus percaya bahwa ada kekuatan besar yang sudah mengatur semuanya agar bisa berjalan sebagaimana mestinya.Dan apalagi semangat terbesar untuk menghargai semua yang ada, jika itu bukanlah semangat untuk menjalani hidup kita sepenuhnya, semaksimal mungkin?Apalagi semangat terbesar untuk menghargai semua itu, jika itu bukanlah dengan mensyukuri semua yang kita punya, sampai hal sekecil-kecilnya, dan kenyataan bahwa kita begitu kaya untuk terus bisa berbagi dengan sesama?Maka ini juga lah yang menjadi salah satu semangat terbesar gue di tahun ini. Masih bisa berbagi, salah satunya melalui kata-kata.Jadi, seperti apa semangatmu untuk menjalani hidup ini? Apa yang bisa kamu mulai di awal tahun ini? Mari berbagi :) A man said “I want Happiness.”The key to Happiness is simply remove “I”, because that’s ego. Then remove “want”, that’s desire.See? Now you are left with only Happiness.

Do You like book Tuesdays With Morrie (2015)?

I'm ashamed to own that I've read this. All I can say is: I did it for a good cause. That is, to promote reading in general (for a library talk). Mawkishly sentimental (here I am, trying to wipe off the stale stench of yesterday's coffee mornings) and terribly trite. Any person leaning to the left should, or would, recognise what Mitch is talking about. It isn't that Morrie is talking shit. He isn't. However, I think it's terribly ironic that such a venture (it screams "self-help" and "it will touch you!") has been undertaken by Mitch. I bet ol' Morrie is really angry now. It's like encouraging capitalism by using Marx.... The stuff in there, about wanting money etc, it's all in Marx....Here's my tip: ditch the book and either meet Morrie (impossible) or read Marx or any other Marxist (recommended). Even Morrie's essays presumably, if available, would probably be a good read. It's Mitch that's the problem, the money-grubbing critter that he is. PS as an aside it's sad to note how things that start off really radical get co-opted in the most tragi-comic ways possible...
—Lorraine

If I were to die unexpectedly I wouldn’t be ashamed in the least of someone finding my porn stash. And by the way, that video isn’t bestiality, it’s just two guys in a moose suit—big difference. I would be a little ashamed of the fact that I have the first season of 90210 on my iPod, something I downloaded for a friend’s 14 year old daughter (note to self: delete it now!). I’m more worried about someone coming across Tuesdays with Morrie or Eat, Pray, Love in my book collection. I have some explaining to do.Like any pseudo-intellectual dipshit, I wouldn’t normally be caught dead with pieces of shit like those two in my library, but I believe that given my current living situation there are extenuating circumstances. I buy books compulsively, especially when they are really inexpensive. I pass by a pawn shop about once a month to buy books for .50€ each. Books in Spain are generally a bit expensive so at this price I will buy almost anything—even the two pieces of shit mentioned above. I give away lots of books to friends and acquaintances, especially when they come this cheaply. I actually read Tuesdays with Morrie, or at least I speed-read part of it for the purposes of this essay and I had read Eat, Pray, Love some years ago, or at least most of it. Both are best sellers meant for people who almost never read. They are books for people who claim a book is brilliant simply because they were able to finish it. "Look everyone! I'm reading, I'm really reading!" I think that anything people read is better than not reading, but that’s all the praise I have for these particular works that promise to give the reader the deep meaning of life. Any book that claims to explain the mysteries of life and death should set off the alarms for anyone with half a brain, books like the Bible or the Talmud or the Koran fall into this category of trash. I’m sorry folks. There are no “answers” in life. There is only wisdom and wisdom takes time, certainly more than the 192 pages that make up Tuesdays with Morrie. Answers are simply created by people who are terrified that there might not be answers. The problem is when religions or the Mitch Alboms and Elizabeth Gilberts of the world start infringing on the domain of the rational with their moronic explanations of the spiritual or existential. I would say that these institutions (religions and hack writers) constantly violate the airspace of the rational and scientific. Tuesdays and Eat claim to be instruction manuals for life. They have about as much spiritual depth as a newspaper horoscope or a fortune cookie. In the case of the aphorisms in Tuesdays I’d say they were pretty lousy fortune cookies. A few examples: Learn to forgive yourself and forgive others.Accept the past as past and what you are not able to do.Don’t assume that it’s too late to get involved. Wisdom is difficult to define but I think I know it when I see it. I ain't seeing it here.P.S. If I dated a girl who had this book on her bed table I would probably escape by jumping out her third story bathroom window. It would creep me out, like when that girl saw the fingernails on the wall in Silence of the Lambs.
—Leftbanker

Pengalaman 5 Tahun menghadapi pasien-pasien ( Stroke, ALS dan Parkinson ) cukup membuatku memahami apa yang dialami Morrie...ALS memang belum begitu dikenal Di Indonesia...tapi sekarang sepertinya sudah banyak sinetron yang menyoroti mengenai ALS ( disemua sinetron itu yang meranin kebetulan adalah Marshanda ) Ato Dorama Jepang " 1 Litre Tears " juga bercerita mengenai ALS.Waktu itu...Kuliah memang tidak begitu memperhatikan, baca buku diktatnya aja cuma 5 halaman.... Ujian ditanyain Dosen mengenai ini aku cuma bengong...Tapi begitu praktek diRS dan mempunyai pasien-pasien( memang masih jarang sih ) dengan ALS pelajaran-ku di mulai.Kutipan dari kata-kata Morrie: Hidup dibawah bayang-bayang kematian: 1. Terima apapun yang sanggup kau kerjakan dan apapun yang tak sanggup kau kerjakan.2. Terima masa lalu sebagai masa lalu, tak usah menyangkal atau menyingkirkannya.3. Belajar memaafkan diri sendiri dan memaafkan orang lain.4. Tidak ada istilah terlambat untuk memulai, bahkan saat ajal didepan mata sekalipun.Sangat salute dengan sikap Morrie dalam menghadapi Kematiannya...Tidak sembarang orang bisa seperti Morrie ( disaat semua orang berlomba-lomba untuk awet muda) yang dapat berdamai dengan dirinya, menerima keadaan yang semakin hari semakin menurun dan buruk. Tidak setiap orang sakit yang tahu umurnya pendek bisa berpikir ala Morrie. Di saat-saat terakhirnya Morrie "INGIN BERGUNA UNTUK ORANG LAIN". Hebat.. ( aku belum tentu bisa seperti itu )Buku yang bagus...untuk teman-teman yang lagi mencari arti hidup karena banyak pelajaran berharga yang disampaikan Morrie untuk Mitch, jadi sayang kalo kita tidak membaca, memahami dan mengaplikasikannya. Selamat membaca teman-teman!
—Roos

download or read online

Read Online

Write Review

(Review will shown on site after approval)

Other books by author Mitch Albom

Other books in category Fiction