Pernahkah Anda merasa sangat merindukan dan membutuhkan seseorang yang sudah pergi dari kehidupan Anda? Lalu, Anda merasa marah pada diri sendiri karena tidak sempat mengatakan hal-hal yang seharusnya Anda katakan padanya. Anda semakin marah karena telah menyia-nyiakan begitu saja hari-hari yang pernah Anda lalui bersamanya. Apalagi Anda sadar bahwa suatu saat setiap orang akan menghadap Sang Pencipta – bisa terjadi kapan saja – tapi Anda selama ini selalu menunda mengatakan atau berbuat sesuatu hingga akhirnya orang tersebut pergi … untuk selamanya. Jika pernah, mungkin Anda akan sangat ingin mendapatkan kesempatan seperti yang dialami oleh Charles “Chick” Benetto.Banyak cara yang bisa dilakukan seorang anak untuk menyatakan rasa sayang pada ibunya. Lewat hadiah, lagu, puisi, kartu ucapan, memeluknya, maupun dengan mengucapkannya langsung. “Mama, I love you. Mama, I care…” Spice Girls.“Oh, Bunda, ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku.” Melly Goeslow.“You'll always be in my heart, oh Mama, don't you cry.” Steel HeartAnd I know you believed in all of my dreams. And I owe it all to you, Mama. Il Divo“…” Charley tidak mengatakan apa-apa. Juga tidak melakukan apa-apa. Dan … dia didera rasa bersalah yang amat sangat hingga akhirnya memutuskan untuk mati saja … bunuh diri. Meregang nyawa, dia malah mendapatkan kesempatan istimewa untuk menjalani satu hari terindah dalam hidupnya, bersama seseorang perempuan istimewa. Seseorang yang sebenarnya sudah meninggal. Ibunya.Anak Mama vs Anak Papa?Masa kecil Chick cukuplah berat karena harus dia jalani dalam keadaan tertekan. Bagaimana tidak, Chick kecil sudah disuguhkan dengan pilihan yang sangat berat. Ayahku pernah bilang, “Kau bisa jadi anak mama atau anak papa. Tapi tidak keduanya.” Hal 31Orang dewasa saja akan bingung kalau dihadapkan pada pilihan tersebut. Bagaimana seorang anak bisa memilih antara ayah atau ibu? Ibarat buah semangka berdaun sirih, saya begini atau begitu, sama saja. Dimakan, mati yang ini; tidak dimakan, mati yang itu. Bukankah orangtua itu satu paket yang terdiri dari ayah dan ibu? Dalam hal ini, saya menganggap ayah Chick sebagai orang gila yang egois. Tapi untunglah – meniru orang Jawa – ayahnya gila dan egois, sehingga saya bisa membaca kisah yang menginspirasi ini.Untuk sebuah tujuan – dijelaskan dalam buku ini dan saya bisa memahaminya – Chick pun memilih menjadi anak papa. Chick selalu berusaha menuruti permintaan (lebih tepatnya, perintah) ayahnya dengan harapan tujuannya itu bisa tercapai. Ayahnya digambarkan sebagai seseorang yang sepertinya belum puas merasakan situasi tegang saat berperang dalam Perang Dunia II, sehingga merasa perlu menciptakan suasana ‘perang’ di dalam rumahnya. Seorang ayah yang keinginannya harus dituruti. Seorang ayah yang umpama dalam pemilu harus memiliki dua suara, sementara yang lain hanya boleh memiliki satu suara. Sementara itu, ibunya digambar sebagai seseorang yang sangat menyayangi Chick dan adiknya. Namun sayangnya, tujuan itu sepertinya tidak tercapai sampai akhir hidupnya.Bisbol vs PendidikanPilihan berat selanjutnya adalah: sekolah atau bisbol? Ibunya ingin agar Charley (panggilan lain untuk Chick) lebih mementingkan pendidikan daripada serius jadi pemain bisbol seperti yang diinginkan ayahnya. Lagi-lagi, Charley memilih menjadi anak papa. Dia memang tetap bersekolah, tapi bisbol harus menjadi yang terpenting. Dan menyangkut diriku, satu-satunya yang harus kusembah adalah bisbol. Dia (ayahnya) sudah melemparkan bola padaku bahkan sebelum aku bisa berjalan. Dia memberiku pemukul kayu sebelum Ibu mengizinkanku menggunakan gunting. Katanya suatu hari aku bisa bermain di liga utama jika aku “punya rencana”, dan jika aku “tetap terencana”. Hal 42Ibu sebaliknya, sama sekali tidak peduli soal bisbol. Ibuku anak tunggal, keluarganya tidak mampu, dan dia terpaksa keluar dari sekolah untuk bekerja semasa perang. Dia mendapat ijazah sekolah lanjutan atas dari sekolah malam, dan melanjutkan ke sekolah keperawatan sesudahnya. Dalam pikirannya, buatku, cuma ada buku dan sekolah dan pintu-pintu yang akan terbuka. Tentang bisbol, paling-paling dia hanya bisa bilang itu “memberimu sedikit udara segar.” Tapi dia selalu datang. Duduk di bangku penonton, … Hal 42-43Lebih lanjut ibunya mengatakan…Pendidikan itu segalanya, Charley. Pendidikan adalah caramu melakukan sesuatu untuk hidupmu. Hal 153Ketika Charley Tidak Membela Ibunya vs Ketika Ibunya Membela CharleySuatu saat, ayahnya pergi begitu saja meninggalkan mereka. Charley tidak tahu kenapa ayahnya pergi. Dalam hati, dia menyalahkan ibunya. Sejak itu, mereka mendapatkan perlakuan yang berbeda dari para tetangga. Ibunya yang menjadi janda kembang yang dianggap perempuan-perempuan di lingkungan sekitar rumah mereka sebagai ‘ancaman’ yang bisa mengganggu keutuhan rumah tangga orang lain. Ibunya pun dimusuhi, termasuk Charley dan adiknya. Tidak hanya itu, dengan alasan yang sama, ibunya yang cantik itu pun harus menerima nasib dikeluarkan dari pekerjaannya sebagai perawat di sebuah rumah sakit. Dalam situasi seperti itu, Charley malah menunjukkan sikap menyalahkan ibunya. Menjadi anak papa membuat dia sama sekali tidak memberikan hatinya untuk mengenal ibunya.Aku merasa tidak nyaman dengan figur kewanitaannya dan aku marah karena dia satu-satunya wanita yang kukenal yang bercerai. Aku ingin Ibu berlaku seperti ibu-ibu yang lain, memakai gaun rumah, membuat kerajinan tangan, memanggang brownies. Hal 110Sementara dalam berbagai situasi, ibunya sangat sering membela Charley. Tapi Chick tidak pernah membela ibunya, meski dia punya kesempatan untuk melakukannya. Dan itulah salah satu yang sangat disesalinya.Cerita terus bergulir dengan alur maju-mundur, sepertinya – setelah membaca dua bukunya – hal ini sudah menjadi gaya menulis Mitch Albom. Termasuk cerita yang berhubungan dengan kehidupan dan kematian. Bahkan saat Chick sudah menjadi seorang ayah pun, dia tetap menjadi anak papa. Sepertinya, pengaruh ayahnya terlalu kuat mencengkeramnya, atau mungkin dia masih berusaha untuk mencapai tujuannya itu. Banyak hal yang seharusnya bisa dijalani Chick dengan ibunya tapi terlewatkan begitu saja. Hanya karena dia memilih untuk menjadi anak papa. Chick bahkan tidak tahu kalau sewaktu masih hidup, ibunya pernah bekerja sebagai tukang bersih-bersih agar Chick dan adiknya bisa sekolah sampai tingkat universitas. Yang menurut saya lebih parah adalah, ketika dia seharusnya bisa mendampingi ibunya di saat-saat akhir hidupnya tapi dia malah berbohong agar bisa berada di tempat lain. Lagi-lagi, karena dia adalah anak papa.Susahnya Berdamai, Bahkan Ketika Harus Berdamai Dengan Diri SendiriRasa bersalah yang terus menghantuinya membuat Chick sangat marah dengan dirinya sendiri. Dia marah dengan keadaannya yang selama ini menjadi anak papa. Belum lagi dengan masalah pekerjaan. Ditambah lagi ketika dia merasa dirinya dianggap tidak diperlukan saat putri kandungnya akan menikah. Dia merasa seolah mendapat karma. Dia putus asa. Dia ingin mengakhiri hidupnya. Bunuh diri.Terluka sebagaimana dia terluka? Apakah itu yang pernah kulakukan? Apakah aku ingin melihat di wajah ibuku penolakan yang kuterima dari ayahku? Apakah anakku melakukan hal yang sama terhadapku? Hal 111Namun, Chick sangat beruntung. Dia mendapatkan semacam kesempatan istimewa. Kesempatan kedua untuk hidup, serta kesempatan untuk bertemu kembali dengan ibunya. Kesempatan untuk mengungkap hal-hal yang selama ini terselubung. Pertemuan yang meski hanya berlangsung selama sehari itu bisa mengobati rasa bersalah yang dia pendam selama bertahun-tahun.“Aku ingin menghentikan ini, Bu… rasa marah ini, rasa bersalah. Karena itu… aku ingin mati…” Hal 233Chick merasa bersalah karena telah mengambil keputusan yang salah. Mengambil pilihan yang salah dengan menjadi anak papa. Tapi ibunya tetaplah seorang ibu yang bijak dan penuh kasih sayang. Dan ini adalah salah satu adegan yang saya suka.“Aku masih bisa mendengarnya berkata, memaksaku mengambil keputusan: anak mama atau anak papa, Chick? Apa pilihanmu?“Aku mengambil keputusan yang salah,” bisikku.Ibuku menggelengkan kepala.“Seorang anak tidak seharusnya memilih.”Hal 234Tiga BintangSaya suka dengan ceritanya. Tapi saya merasa kalimat-kalimat yang membangun cerita dalam buku ini masih terlalu kaku. Seharusnya bisa lebih menyentuh karena ceritanya memang menyentuh. Ada sejumlah adegan dimana pembaca yang hatinya sudah membatu – seperti saya – pun seharusnya bisa menitikkan airmata. Tapi itu tidak terjadi. Berkaca-kaca pun tidak. Mata saya memang sempat basah, tapi karena obat tetes mata yang saya gunakan karena mata sudah perih kelamaan baca. Sama seperti “Tuesdays with Morrie”, buat saya masih terlalu kaku. Masih lebih suka dengan “The Five People You Meet in Heaven”. Baiklah, beda selera bahasa boleh dong.Dari sekian banyak lagu yang saya tahu, saya rasa, lagu berikutlah yang dapat mewakili perasaan Charley kepada ibunya.Thanks to You – Richard Marx You gave me life, gave me your heartYour shoulder when I needed to cryYou gave me hope when all my hope is goneWings so my dreams can flyAnd I haven't told you enough, haven't been good enough, making you seeMy love for you will live in my heartUntil eternity's through....I see your smile in the eyes of my childI am who I am, Mama, Thanks to youYou gave me your word, gave me your voiceGave me your everything, Each breath of your lifeYou believe when I can never haveYou teach my faith to surviveAnd I never can do enough, never thank you enough, for all that you are My love for you will live in my heartUntil eternity's through....I see your smile in the eyes of my childI am who I am, Mama, Thanks to youI know the treasure, I'm filled with graceWhenever I see your faceAnd I see your smile in the eyes of my childI am who I am, Mama, Thanks to YouTo you.....
دو بار این کتاب رو خوندم و هر دو بار اونقدری گریه کردم که نتونستم ادامه بدم. گاهی فکر میکنیم تنها کتابهایی احساسات ما رو برانگیخته میکنند که قسمتی از تجربههای زیستهی ما رو دوباره برامون زنده کنند، در حالی که اغلب اوقات کتابهایی احساسات ما رو تحریک میکنند که بخشی از وجودمون که تمایل به تجربهای مثل تجربههای شخصیت کتاب داره، به قلیان میافته. قسمتی از وجودمون که میخواد مثل راوی کتاب باشه اما نشده و نتونسته که بشه. نتونسته توی اون موقعیت قرار بگیره. عشق مادرانه شاید یه موضوع کلیشهای باشه اما تصویر کردن کلیشهها به قشنگترین شکل ممکن چیزیه که توی کتاب «برای یک روز بیشتر» اتفاق میافته. آدم میتونه بفهمه که یه مادر عاشقِ فرزندش، یه مادر خیلی عاشقِ فرزندش چهطوری در تمام سالهایی که فرزند در حال بزرگ شدن و همینطور بیتوجهی به این عشق بوده، فداکاری کرده، عشق ورزیده و با تمام وجود فرزندش رو دوست داشته. راوی که تمام زندگیش دنبال به دست آوردن محبت و بهخصوص توجه پدرش بود، هیچوقت نتونست درست و حسابی به عشق مادرش پاسخ بده و حالا توی این «یه روز بیشتر» فرصت داره که به اندازهی تمام عمرِ از دست رفتهی مادرش به عشق او پاسخ بده. گمونم بعد از این باز هم اگر این کتاب رو بخونم با وجودی که منهم رابطهام با مامانم نه عمیق هست و نه زیادی عاشقانه، گریه کنم و گریه کنم. چون روح هر آدمی نیاز داره به عشقی تا این اندازه قشنگ و بیچشم داشت و حتا بیتوقعی از پاسخ.توی دفتر خاطرات سال هشتادوپنجام درباره این کتاب اینطوری نوشتم؛فهمیدم محبت چطور میتواند اینقدر عمیق باشد و آدم را از مرگ نجات بدهد و به زندگی برگرداند. میتواند امیدی را در دلت زنده کند و برایت آرامش بسازد. من که بعضیجاها واقعا به «چیک بنتو» حسودیام شد. تنها ایراد کتاب این بود که خیلی اشکم را درآورد!
Do You like book For One More Day (2006)?
A child can never choose between his/her mom and dad. In fact, a child can have both.A child can never be complete without the love and care of his/her mother and the guidance of his/her father.This is a one-of-a-kind novel that reminds us how precious the little time we all have and how more valuable time with our family is much more important. Cherish the moments before they're gone.The story started with Chick Benetto's struggles with his wife and daughter about 8 years after his mother, Pauline 'Posey' Benetto died. He decides to die for the depressing reasons he had with his family and because he is still racked with guilt about not being there when his mother died. So this man (Chick Benetto) got lucky (yes, that's the way I see it) because he was given the opportunity to spend one day with his late loving mother.I love how the novel demanded to be FELT. I seriously wept a lot (crazily a LOT) after I have read this, particularly when I read about the part where Chick shared his "The time my mother stood up for me" and "The time I didn't stand up for my mother" moments. Now, I can't help myself but to share the heart-warming lessons I picked out from the novel:A mother's love is the purest form of love there is. No matter what happens, no matter what and how you feel, what you think or what you've done and no matter how much you argue, your mom will still be the person who can understand you. [page 3(PDF file) "Come on, Charley, what's the story? But she wasn't around, and that's the thing when your parents die, you feel like instead of going into every fight with backup, you are going into every fight alone."]Sacrifices. The sacrifices your parents do/did no matter how big or small can make a positive output to you and your family. [page 76 (PDF file) 'SHE WAS YOUR FATHER'S WIFE...I tried to picture that awful moment. In a car, after midnight, with the windows rolled up–from the outside, two figures silently screaming. I tried to picture how our family slept in one house while another family slept in another, and both had my father's clothes hanging in the closet. I tried to picture charming Posey of Pepperville Beach losing her old life that night, crying and screaming as it all collapsed in front of her. And I realized that, on the list of Times My Mother Stood Up for Me,this would have to go at the top.Furthermore, FORGIVING YOURSELF is one of the few steps to a better life. It is never too late to make the most out of your life.LOVE CHOOSES NO AGE, NO TIME AND NO CHANCES. So GIVE LOVE and do not WASTE it.For everyday you have the right to choose, to live the life fruitfully or mess with it.I CANNOT, REALLY, I CANNOT RECOMMEND THIS HIGHLY ENOUGH!!PLEASE, HAVE THE TIME TO SIT BACK, RELAX, HOLD A BOX OF TISSUE AND READ THIS.P.S: I LOVE YOU MOM, I LOVE YOU EVERYDAY!
—Salymar
"Menyia-nyiakan waktu itu sungguh memalukan. Kita selalu berpikir kita punya terlalu banyak waktu."Hidup begitu berharga. Aku tak memiliki seorang pun yang bisa membujukku keluar dari keputusasaan, dan itu sebuah kesalahan. Kau perlu memiliki orang di dekatmu. Kau perlu memberi mereka jalan masuk ke hatimu.Tapi selalu ada cerita di balik semuanya. Bagaimana sebuah lukisan bisa tergantung di dinding. Bagaimana sebuah luka membekas di wajahmu. Kadang ceritanya sederhana, dan kadang keras dan menghancurkan hati. Tapi di balik semua ceritamu selalu terdapat cerita ibumu, karena ceritanya adalah awal dimulainya ceritamu.
—Mery
Un libro que si tuviese que resumirlo, sería algo así como: una historia real, como la vida misma..Y de éso se trata, pues en él el autor nos cuenta la vida -real- de Charles ' chick' Benetto, un hombre destrozado al fracasar como padre y marido y sentir, sobretodo después de muchos años, que ha fallado a su madre. Es entonces cuando ve en su suicidio la única salvación posible para descansar de todo....y ahí,entre el umbral de la vida y la muerte, que se reencuentra con el fantasma de ella y pasan juntos un día más.Ciertamente, ésta es una obra desgarradora para quién la lea (sea cual sea su situación en la vida)y le removerá algo por dentro ; no le dejará indiferente. Pero sobretodo, la apreciará más el lector con una edad adulta y cierto recorrido en la vida. Éste libro te conmueve, te hace llorar, te abre una brecha interior de alguna manera y te ves refleja en nuestro desafortunado protagonista (.. por sus circunstancias o su historia familiar parental o los sentimientos de culpabilidad y tiempo desaprovechado, o, quizá, todo a la vez).Unos lo harán en parte y otros casi al completo, pues,¿no nos ha pasado a casi todos /as los / las que TENEMOS LA SUERTE DE TENER A UNA MADRE EXCELENTE que damos por hecho su cariño, su entrega abnegada, sus sacrifico y ni siquiera reparamos en ello ni lo hemos llegado a valorar en cierta etapa de nuestras vidas y no hemos aprovechado su tiempo con ella y quizá cuando sea tarde lo valoramos más que nunca? ( en mayor o menor nivel). Yo éso ya hace tiempo que lo descubrí, no obstante, no ha dejado de conmoverme por ser tan precisa, contener tantas verdades de la vida. Una historia acerca del amor, el perdón y las segundas oportunidades..quién no querría un día más para escuchar,amar, disculparse y perdonar con sus progenitores si tenemos aquel hueco en el corazón que nos hace vivir con una espina clavada que no acaba de darnos la paz completa.Pues cómo bien dice el libro...la vida pasa demasiado deprisa y no reparamos en los detalles.No perdáis el tiempo de apreciar, valorar y pasar parte de vuestro tiempo ( a pesar de tener nuestra propia vida y responsabilidades como adultos) con la persona más mágica de éste mundo, que es las que os entregan sin duda el amor más puro y desinteresado. Sea cual sea vuestro caso ( padre o madre o los dos)
—Monica