Sejak awal membaca Padang Bulan, saya bertanya-tanya bagian mana yang menyebabkan novel ini diberi judul tersebut. Yang terjawab mozaik terakhir.Seperti biasa, karya Andrea Hirata ini mampu membangkitkan imajinasi dengan keunikan cerita, kecermatan diksi, keindahan kalimat, dan kelihaian dalam mendeskripsikan karakter, situasi, budaya, semuanya. Memang kalimatnya mengalir, mudah dicerna dan terkadang muncul humor ringan. Indah memang. Namun ada sedikit rasa bahwa Padang Bulan tak seindah Tetralogi Laskar Pelangi. Padang Bulan merupakan novel fiksi karya Andrea Hirata. Sama seperti novel-novel karya Andrea Hirata sebelumnya, tokoh utama pada novel ini adalah Ikal. Namun, kali ini, Ikal bukanlah satu-satu tokoh utama. Di awal novel ini diceritakan tokoh lain yang bernama Enong.Lika-liku kehidupan Ikal dan Enong sangat berbeda. Meskipun keduanya berasal dari keluarga miskin, namun masalah yang mereka hadapi berbeda. Enong, seorang anak perempuan yang ditinggal mati ayahnya dan harus rela meninggalkan cita-citanya menjadi guru bahasa Inggis demi menjadi tulang punggung keluarga. Klimaks kehidupannya adalah saat dimana semua orang tak mau menerimanya untuk bekerja, karena pada saat itu ia hanyalah seorang anak kecil yang bahkan tak tamat SD. Enong tak punya pilihan lain, selain menjadi kuli timah yang sesungguhnya adalah pekerjaan pria dewasa.Ada cerita lain di Pulau itu. Ikal, seorang anak lelaki Melayu yang sedang dimabuk cinta pada gadis Thionghoanya. Naas, A Ling perempuannya itu pergi tanpa kabar ke Tanjung Pandan. Kabar burung memberitahunya bahwa dia akan segera dinikahkan. Terbakarlah Ikal dengan rasa cemburu yang menggebu.Andrea Hirata tak pernah gagal memberikan sensasi sempurna pada pembacanya untuk membayangkan setting dimana cerita ini terjadi melalui diksinya. Atmosfer perasaan yang hinggap di setiap tokoh pun sampai pada pembaca. Bagaimana rasa sakit Enong saat ditinggal ayahnya, bagaimana rasa cemburu Ikal, bagaimana hancurnya Ikal saat mendengar A Ling akan menikah sampai membuatnya gila dan nekat, semuanya tersampaikan dengan baik pada pembaca. Selain itu, diksi yang Andrea gunakan tentu menunjukkan kualitas karya sastra yang tidak abal-abalan. Membaca karyanya serupa membaca hasil karya Pujangga baru, namun dengan cerita yang sangat seru. Pesan moral yang terkandung dalam novel ini pun sangat banyak: tentang keluarga, persahabatan, perjuangan, cinta, agama hingga budaya adalah hal lain yang menjadi daya tarik dari novel ini. Namun, pembaca harus sedikit bersabar bab awal. Pembaca mungkin akan dibuat bingung dengan pergantian cerita antara tokoh Enong dan Ikal di setiap babnya. Karena dua sudut pandang tokoh tersebut diceritakan secara bergantian di bab-bab awal novel ini. Namun bagaimanapun, hal itu justru semakin menarik bagi pembaca untuk mengetahui lebih jauh alur ceritanya. Sebuah karya sastra yang berkualitas. Happy reading
Do You like book Padang Bulan (2010)?
Cobalah kalian datang ke pelosok Belitong sana, disana ada manusia keriting yang bukan main gilanya...bukan main boi...Andrea adalah pencerita dan pelawak berkelas. Buku ini buktinya. Cobalah keluar sebentar dari tugas-tugas kuliah dan kerjaan di kantor yang gajinya tak naik-naik itu dan Bang Ikal di Padang Bulan akan membawa kalian melongok keluarga bersahaja dan lugu milik Syalimah dan Zamzami. Melihat mereka kitapun akan sepakat bahwa bahagia itu sederhana saja. Kemudian tengoklah M. Nur, detektif swasta yang meskipun kontet tapi selalu bahagia. Dan Sang Tuan rumah -Ikal- juga akan siap membeberkan rahasia-rahasia konyol dan pikiran-pikiran sintingnya.Dan tentu saja kawan, bukan Andrea namanya kalau kita dibiarkan bosan sepanjang membaca. Ditemani tokoh lugu, naif dan polos dalam konflik sederhana dan tak lupa dibumbui lawakan khasnya mulai dari yang ilmiah sampai yang bikin tepok jidat
—Nick
Sejak awal membaca Padang Bulan, saya bertanya-tanya bagian mana yang menyebabkan novel ini diberi judul tersebut. Yang terjawab mozaik terakhir.Seperti biasa, karya Andrea Hirata ini mampu membangkitkan imajinasi dengan keunikan cerita, kecermatan diksi, keindahan kalimat, dan kelihaian dalam mendeskripsikan karakter, situasi, budaya, semuanya. Memang kalimatnya mengalir, mudah dicerna dan terkadang muncul humor ringan. Indah memang. Namun ada sedikit rasa bahwa Padang Bulan tak seindah Tetralogi Laskar Pelangi.
—themusicangel
Novel yang bisa bikin ketawa ngakak sekaligus bikin kita belajar ttg kehidupan.. Super.....
—LaRola
jika anda ingin tertawa sambil menangis maka baca buku ini segera. satirenya cerdas.
—nerijuzz