Lanjutan dari perjalanan Kashva, antara menghindari kejaran Koshrou -sang pemimpin Persia,dan menuntaskan pertanyaannya tentang sosok Nabi terakhir yang dibicarakan oleh banyak agama di berbagai kitab. Bersamaan dengan itu, berlanjut pula kisah tentang perjuangan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wasallam bersama para sahabatnya. Kita dibawa pada haru biru berbagai pencapaian kaum muslimin, juga duka di saat-saat terakhir kehidupan Al Amin. Dilanjutkan dengan masa-masa penting saat Abu Bakar melanjutkan tugas sebagai Khalifah, berbagai macam penaklukan, kepahlawanan Khalid bin Walid, heroiknya para mujahid-mujahid Islam, hingga masa-masa sakit sampai meninggalnya Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu yang kemudian digantikan oleh sosok tegas Umar ibn Khattab. Berbagai macam peristiwa digambarkan dengan apik oleh Tasaro. Sayang, cerita tentang Kashva yang juga terkoneksi dengan huru-hara pergantian pemegang tahta Persia, seolah mengalami antiklimaks dengan dibongkarnya fakta yang mencengangkan tentang Sang Pemindai Surga, dan kawan-kawan diskusinya di Suriah dan Tibet. Kisah Kashva pun seolah menjadi menggantung dan nyaris tidak terkoneksi dengan sejarah sang Nabi. Namun, kelihaian Tasaro untuk 'merangkum' sejumlah litaratur menjadi sebuah novel biografi perlu diacungi jempol. Namun dilain sisi, heterogenitas dari literatur-literatur yang digunakan Tasaro membuat kita nampaknya perlu untuk lebih dahulu menikmati Sirah Nabawiyah sebelum melahap buku ini. Sungguh perjuangan tersendiri untuk menyelesaikan membaca buku ini. Bisa bayangkan bagaimana Tasaro menyelesaikan proses penulisannya? Melannjutkan kisah sebelumnya, kali ini perjalanan Kashva seolah mulai berbelok dari tujuan utamanya. Hilangnya Xerxes mau tak mau membuat Kashva menunda keinginannya bertemu Elyas di Suriah. Bersama Bikshu Tashidelek dan Vashkur, Kashva akhirnya terdampar di dataran tinggi Tibet, mencari jejak Buddha Maitreya sekaligus berusaha menemukan Xerxes.Sementara di Persia, perebutan kekuasaan seolah tak pernah berhenti. Mangkatnya Khosrou II di tangan putranya sendiri menimbulkan pertumpahan darah yang tak kunjung berakhir. Adalah Putri Azarmi, putri bungsu Khosrou yang berusaha menghentikan perebutan kekuasaan tersebut. Dengan meminta bantuan Atusa, seorang arsitek yang sedang namanya sedang berkibar di Persia, Arzami berniat menghidupkan kembali Atanatoi, sebuah pasukan yang melegenda di Persia. Usaha "menghidupkan" kembali Atanatoi berhasil, namun sayangnya itu tetap tak cukup untuk mengakhiri pertumpahan darah di Persia.Kashva sendiri memutuskan untuk kembali ke Persia setelah mendapatkan petunjuk dalam perjalanannya di pegunungan Tibet. Perjalanan pulang yang tak bisa dibilang mulus karena Kashva harus kehilangan kotak kayu berharganya serta harus tertangkap saat tiba di Madain, ibukota Persia.Secara umum, Para Pengeja Hujan ini cukup berhasil menuntaskan rasa penasaran saya akan perjalanan Kashva yang terpenggal di buku sebelumnya. Yah, meski di akhir cerita saya harus menghadapi kenyataan pahit bahwa Kashva ternyata tak "sewaras" yang dia pikirkan. Namun mengingat buku ini rencananya berbentuk trilogi, maka tentunya akan masih ada kisah lain dari Kashva yang tak mungkin kita lewatkan. Entah itu kelanjutan perjalanan Kashva atau penjelasan dari kondisinya. Dan entah kenapa selama membaca buku ini saya berpikir mungkin seharusnya cerita Kashva ini disatukan dalam sebuah buku tunggal, sehingga lebih nyaman dalam membacanya.Tentang kisah Rasulullah sendiri, pada buku kedua ini kisah kehidupan Rasulullah lebih difokuskan pada sirah setelah penaklukan Mekkah, ditambah sedikit kisah kekhalifahan pertama sepeninggal Rasulullah. Perasaan kurang nyaman hinggap di kepala saya ketika membaca bab diangkatnya Abu Bakar menjadi khalifah, terutama seputar perselisihan antara Khalifah Abu Bakar dengan putri kesayangan Rasulullah, Fatimah.Hal ini mungkin dirasakan juga oleh pembaca lainnya, seperti yang saya baca di beberapa resensi. Namun jika melihat daftar referensi yang digunakan, rasanya tak pantas jika saya mempertanyakan usaha Penulis dalam menyusuri jejak sejarah ini, terutama jika pembacanya tak memiliki referensi yang lebih baik. Saya hanya berharap sepenggal kisah pilu tersebut tidak merubah pandangan kita baik terhadap Abu Bakar maupun kepada Fatimah.Dalam buku ini dikisahkan juga bagaimana upaya Khalifah Abu Bakar dalam memenangkan hati umat yang meragukan kepemimpinan beliau. Menjadi pemimpin langsung dalam beberapa peperangan melawan eks-muslim yang murtad sepeninggal Rasul, hingga mengirimkan utusan-utusan untuk menyebarkan Islam ke berbagai penjuru. Khalid bin Walid dikirim ke Persia, Abu Ubaidah dikirim ke Romawi, kemenangan demi kemenangan pun dicapai.Sayangnya di tengah kemenangan tersebut terselip berita duka. Di Madinah, Khalifah Abu Bakar sakit parah. Tahu kalau waktunya sudah tak lama lagi, Khalifah Abu Bakar menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Pengangkatan Umar sebagai khalifah menjadi penutup dari buku kedua dari trilogi Muhammad ini. Sanggupkah Umar menjalankan amanah berat tersebut?
Do You like book Muhammad 2: Para Pengeja Hujan (2011)?
terblang masa, lelaki ini tetap istimewa.tersebutlah doa mengiringi tiap namanya
—Natalie
ada beberapa lembar di buku ini yang pengin kusobek2.
—lh3515