Tadinya ingin mereview banyak tentang buku ini. Tapi berhubung jarak waktu antara membaca dan mengulas buku ini memiliki rentang yang sangat panjang, maka saya tidak dapat mengulas banyak.Sejauh yang saya ingat, saya begitu terpukau dengan bagaimana cara Windry mendeskripsikan cerita novelnya sehingga saya benar-benar dapat merasakan dan terhanyut ke dalamnya. Banyak pengetahuan tentang arsitek yang saya peroleh dengan membaca buku ini. "Nostalgia akan membuat siapa pun menjadi lemah dan tanpa sadar memaafkan kesalahan yang paling besar sekali pun.""Tidak ada perasaan yang bertahan selamanya. Cepat atau lambat, sesuatu yang kita miliki akan hilang dan yang tertinggal kemudian cuma rasa benci.""Barangkali, tidak semua luka bisa disembuhkan oleh waktu."Tenang, sepi, kelam.Seperti itulah kesan yang kudapat saat membaca novel ini. Sebenarnya ada beberapa hal yang membosankan, tapi entah kenapa aku tetap menikmatinya. Mungkin karena pada akhirnya aku berhasil jatuh cinta sama karya-karyanya Kak Windry kali, ya :)Hubungan Mahoni dan Simon juga dingin tapi menghangatkan. Begitu pula hubungan Mahoni dan Sigi yang dingin tapi manis :) pokoknya novel menyejukan.Oh ya, ada satu yang menggangguku (yang mungkin juga terdapat di dalam novel-novel Kak Windry lainnya). Yaitu penggunaan kata ganti dalam percakapan. Kak Windry terbiasa menggunakan kata 'aku-kau' tetapi di sisi lain, beliau juga menggunakan 'lo-gue' di tokoh lainnya.Seperti percakapan antara Mahoni dan Sigi, Mahoni selalu mengatakan 'aku-kau' dan Sigi selalu membalasnya dengan 'lo-gue'. Untukku, ini agak mengganggu ;p jadi merasa baku nggak baku. Tapi memang sepertinya ini ciri khasnya Kak Windry ya :)Selain itu tidak ada yang mengganggu. Semuanya terasa pas dan aku sangat menikmatinya.
Do You like book Memori (2012)?
Kurang suka tema yang diangkat, tapi suka sama endingnya. Review menyusul.
—belo4ka
brilliant. miss windry is a very good example for all writers. IMHO :p
—haydeef96
menurut saya novel ini terlalu banyak narasinya. sedikit percakapan
—Kyle