Sebenarnya saya cukup kecewa dengan dua cerita pertama. Bukan karena tokohnya yang sama (Vin-Jo pun dibahas lagi, tapi alurnya berbeda, jadi itu bukan masalah), tapi karena polanya sudah pernah diceritakan di Berjuta Rasanya. Putri yang kegeeran dengan semua ilusi cintanya itu dan Sie-Sie yang dengan semua ketulusan hatinya berhasil membuat sang suami sadar; ingetan saya gak bagus, oke, tapi rasanya dua tema ini sudah ada di buku satunya dan itu...ngebosenin.Empat bintang karena di buku ini ada nilai sejarahnya. Tere Liye menceritakan beberapa legenda seperti Engtay-Sampek dan Rama-Shinta yang menurut saya oke sekali. Saya pribadi males sih kalau harus baca legenda yang kaku banget, tapi karena disini dikemas dengan gaya nulis yang menyenangkan, saya dengan senang hati mau membaca.Dan tahu gak, BATJA TJERITA PAKAI EDJAAN LAMA ITU SUSAH TAOEEEE???Jadi begitu. Ada satu cerita di novel ini yang ditulis pakai ejaan lama dan hhhh--saya bacanya antara emosi, gemas, dan seru sendiri. Emosi karena sering ketuker antara j dan y, gemas karena penasaran sama ceritanya, seru karena berasa lagi baca bahasa Korea (LAH) (oke ngawoer) Nilai moral paling pentingnya: kalau cinta ya percaya (HAH) (benter goleran dulu) Kretek-kretek banget pas baca cerita soal Rama-Shinta. Saya tidak pernah tahu legenda mereka secara detil sih, jadi pas baca...hiiiih (pisoin Rama sejuta kali).Begitu deh. Karena cerita di novel ini hanya separuh jumlahnya dari yang pertama dan tebal buku tidak jauh berbeda, penggalian ceritanya lebih kuat, imo. Well, apa yang kalian bayangkan ketika mendengar 'Sepotong Hati Yang Baru'?Kisah yang menyayat-nyayat hati? move on? menata kembali hati yang porak-poranda? patah hati?Ya, semua teramu dalam buku ini.Saya selalu suka gaya tulisan tere-liye yang bersahabat. Bisa nyadarkan kita dengan sederhana tanpa perlu terlarut dalam drama. Saya suka kisah sepotong hati yang baru, bagaimana sosok seperti Alysa banyak berkeliaran belakangan ini dan membenarkan diri atas nama cinta yang buta, tidak rasional. Tapi saya paling suka dengan kisah pembuka yang merupakan fenomena nyata jaman sekarang, jangalah terlalu gampang GR apalagi tentang cinta. Meskipun kau menyukai seseorang, tidak berarti orang itu menyukaimu juga, kan?Overall saya bisa merekomendasikan buku ini untuk orang yang banyak menghabiskan waktunya menggalau ria, agar bisa belajar mengatur penyaluran perasaannya. Karena sesungguhnya galau tidak membawa manfaat apa-apa.Keep writing kak, Tere Liye!