Terlepas dari kontroversi "pencitraan" terhadap tokoh utama novel ini ,meneturut saya cukup layak kenapa novel ini menjadi best seller . Kisah seorang yang dilanda kemiskinan dan kekurangan untuk tetap menjaga terwujudnya impian menjadi benang merah cerita. Kisah cinta nya dengan Aisha menjadi slempitan kisah yang lucu dan menambah menarik buku ini ,yang menyatakan bahwa cinta merupakan sifat dasar manusia tidak peduli kaya miskin tua muda . Satu quote pembuka buku ini "Hidup bagi orang miskin harus dijalani apa adanya". Buku ini merupakan buku yang saya pinjam dari salah satu teman saya. Kebetulan saya melihat buku ini di rak buku miliknya dan langsung saja saya meminta izin untuk meminjam karena yang saya tahu pak Dahlan ini merupakan sosok inspiratif. Hal inilah yang membuat saya tertarik membacanya. Setelah memulai membaca, ternyata cara penulis memaparkan cerita sangat asik, seperti air yang mengalir. Saya sangat menikmatinya dan surprisingly beneran tidak bisa berhenti saat membacanya. Saya kira A. Fuadi hanya melebih-lebihkan karena komentarnya yang terpampang di cover. Saat merasakannya sendiri saya hanya senyum-senyum. Selain itu dialog-dialog yang simpel juga tak kalah menghibur, berkali-kali saya tertawa saat membaca. Tak jarang saya juga terdiam dan ikut bersedih saat tiba di momen-momen sedih yang diceritakan. Bahkan saya juga merinding saat membaca momen yang memotivasi saya. Membaca buku ini seperti menaiki roller coaster. Penulis sangat kreatif dalam memainkan perasaan pembaca melalui kata-kata. Entah kenapa saya sangat menyukai novel ini. Sayangnya ada beberapa kata yang ditulis dalam bahasa Jawa namun tidak diartikan oleh penulisnya. Sehingga saya harus mencari sendiri artinya. Subjektif sekali ya hehe ngomong-ngomong saya memberikan 5 dari 5 bintang untuk buku ini :) Ceritanya masih terngiang-ngiang di kepala saya. Padahal saat ini saya sedang menjalani UTS #ehjadicurhat. Ah iya, semoga saya dapat segera menemukan 2 jilid yang sesudahya walaupun harus meminjam lagi :P daaaan satu quote yang sangat saya sukai dari buku ini adalah “Harga diri itu sederhana, berpangkal pada falsafah sangkang paraning dumadi—dari mana kita berasal dan akan kemana kita berakhir. Kita berasal dari yang tidak ada, maka tak layak kita memaksa-maksakan diri buat sesuatu yang tak sanggup kita lakoni. Kita juga akan berakhir pada yang akan tiada, dan segala harta benda yang kita miliki tak satupun yang bakal menemani kita menuju ketiadaan. Aku tidak akan mati hanya karena tak punya sepatu”
Do You like book Sepatu Dahlan (2012)?
Novel inspirasi masa kecil Bapak Dahlan Iskan yang mengharukan.
—iko
Sangat menginspirasi~~Tapi bahasanya kurang mudah di pahami..
—Anna