Ada banyak alasan mengapa orang menikah, cinta membara hanyalah salah satunya. Mungkin lebih mudah bagi pasangan yang menikah karena cinta untuk memulai sebuah petualangan bernama perkawinan, karena orang yang berdiri di sampingmu saat mengucapkan janji setia di hadapan Tuhan, adalah orang yang terasa tepat untukmu. Mr. Right. Miss Perfect.Bagi Tressa Nolan, penulis kuliner terkenal berusia 38 tahun, keadaannya seperti ini: Laki-laki, pernikahan, anak-anak: sementara kami bersolek dan memoles dan bersinar melewati tahun-tahun usia tiga puluhan, siklus kehidupan yang satu itu berangsur-angsur bergeser dari sesuatu yang merupakan hak lahir menjadi sekadar impian.Maka ketika Dan datang, si ganteng pengurus gedung apartemennya di New York (salah satu hubungan terlarang bagi para lajang Manhattan adalah mengencani pengurus gedung apartemen mereka), lelaki baik hati yang memujanya setengah mati, Tressa memutuskan untuk menikah meskipun selalu dibayangi keraguan. Kebutuhan biologis plus nasib sial bekerja sama mengecohku, memunculkan perasaan yang kupikir cinta.Kehidupan perkawinan terasa berat bagi Tressa. Dia merasa salah pilih. Dan berbeda dengannya bagai langit dan bumi. Dan kampungan, nggak gaul, nggak pintar, nggak kenal orang-orang paling keren di New York. Ide bercerai pun terus-terusan terlintas di benaknya. Di hari pernikahan, Tressa mendapat buku harian neneknya, Bernadine Nolan, yang diwariskan untuknya. Berisi resep-resep andalan sang nenek, serta pengakuan tentang kehidupan cinta dan perkawinannya. Selama ini Tressa menganggap kakek dan neneknya adalah pasangan paling sempurna. Namun dari catatan tersebut terungkap bahwa Bernadine menikah dengan James karena terpaksa. Bahwa dia tidak puas dengan suaminya, namun bertahan selama puluhan tahun dan akhirnya menjadi belahan jiwa, meskipun harus melalui jalan berliku.Dengan caranya masing-masing, kedua wanita ini menempuh masa-masa sulit perkawinan dengan berbagai resep yang akhirnya membawa pada kesimpulan: Dia bukan laki-laki yang tepat, atau tidak tepat. Dia laki-lakiku, itu saja. Suamiku. Orang yang kupilih pada hari aku memilihnya, dan aku berniat untuk terus memilihnya sepanjang sisa hidupku. **********Kadang-kadang, saya bisa merasakan sebuah buku. Saya melihatnya dan entah bagaimana saya tahu itu buku yang tepat untuk saya. Maka saya mengambilnya, memilih sudut yang nyaman di tepi jendela, membuka lembar demi lembar dan tenggelam dalam kisahnya. Membaca buku ini, saya semakin yakin bahwa cinta harus diperjuangkan. Berbahagialah mereka yang merasa menemukan cinta sejati, dan sepanjang umur perkawinan mereka selalu dikaruniai cinta cinta dan cinta. Meskipun demikian, saya tahu tidak ada perkawinan yang mudah. Akan selalu ada masa-masa ketika kau meragukan pilihanmu. Entah pilihan terhadap pasanganmu, terhadap jalan hidup yang kalian pilih, terhadap keputusan-keputusan yang pernah atau tidak pernah kalian ambil. Bertahan adalah salah satu resep yang dipraktikkan Tressa dan Bernardine dalam perkawinan mereka, di antara resep-resep lainnya. Ketika memberi terasa sulit, berikan lebih banyak. Mungkin ini juga resep andalan bagi banyak pasangan menikah lainnya. Karena sebenarnya, cinta ada dalam diri kita. Di dalam hati kita, di dalam apa yang rela kita berikan.Saya ingat beberapa waktu lalu, ketika mendapat kabar di tengah malam bahwa suami saya kecelakaan dan berada di rumah sakit. Saat itu, saya berdoa Tuhan masih memberi kesempatan untuk mencintai suami saya. Dia memang selalu ada untuk saya, dia terlalu mencintai saya untuk meninggalkan saya, bersamanya saya tak perlu mempertanyakan arti kesetiaan. I always took him for granted. Padahal, saya bukan orang yang mudah untuk dicintai dan tak semudah itu mendapatkan orang yang bisa menerima saya apa adanya, seburuk-buruknya saya. Saya sadar, Tuhan bisa saja sewaktu-waktu mengambilnya. Dan saya tidak ingin pada saat itu hanya penyesalan yang tersisa. Jadi, saya memilih untuk mencintainya, karena saya tahu dia adalah anugerah terbaik Tuhan untuk saya.
Saya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan buku ini, dan tidak salah. Patut untuk dibaca setiap wanita, buku Resep Perkawinan Sempurna mengingatkan saya akan betapa kompleksnya mahluk bernama wanita, rewel-rewelnya, ngambeknya, wah wah terkadang saya bisa menjadi sebegitu menjengkelkannya juga ya jadi wanita? Buku ini membuat saya berkaca pada diri sendiri, betapa gampangnya kita mengeluh di saat keadaan tidak menjadi seperti yang kita inginkan. Betapa ha hal kecil seperti banyaknya bulu hidung suami bisa menjadi satu hal yang cukup mengganggu kehidupan perkawinan. Mudah-mudahan resep dari Kate Kerrigan tetap menempel di otak sampai saya terjun ke dalam bahtera perkawinan, mungkin yang jadi masalah bukan bulu hidung seperti yang dialami Tressa, tapi bau kelek gimana? Masa mau cemberut tiap hari gara-gara suami bau? Tapi ya balik lagi, belum tau juga, wong belum nikah.Yak, itu curhat awal saya, selanjutnya isi novel ini sendiri.Kisahnya terbagi menjadi 2, tentang Tressa Nolan seorang wanita matang yang ternyata cukup mudah mengambil keputusan menikah dengan Dan. Laki-laki yang dikenalnya dalam waktu lumayan singkat dan mulai menyadari kesalahannya setelah pulang berbulan madu. Kisah kedua diceritakan dari sudut pandang nenek Tressa, Bernadine yang menikah bukan dengan cinta sejatinya, melainkan dijodohkan dengan James Nolan, seorang guru yang biasa-biasa saja.Bab awal seperti yang sudah pernah saya singgung beberapa kali direview Sweetdhee dan mb Uci, lumayan bikin frustasi. Betapa kompeksnya kehidupan pernikahan. Ditambah lagi kata teman-teman yang sudah menikah,“Udah Mi, nikmati masa pacaran itu sepuas-puasnya, kalo udah nikah itu beda banget lho”. Rupanya Kate Kerrigan bisa menginterpretasi dengan tepat apa yang diucapkan oleh teman-teman saya. Pernikahan Tressa dan Bernadine benar-benar berat, penuh dengan beban dan keluhan yang bikin sakit kepala. Hidup ini kadang keras, tapi kita membuatnya jadi lebih keras lagi melalui cara pandang kita, saya suka kalimat ini, lupa di halaman berapa tapi. Beneran deh, suami baik-baik bawaannya masih kurang ini, kurang itu, memang sih namanya manusia tapi kan bikin capek bacanya, apalagi dibaca oleh saya yang belum menikah, jadi mengkeret deh :pResep perkawinan sempurna menurut sang penulis :- Kompromi- Pengorbanan- Berbagi suka cita- Bertahan- Respek- Menerima- Kesetiaan- Percaya- Komitmen- KebijaksanaanUniknya di halaman akhir sengaja disiapkan halaman kosong yang bisa kita isi dengan resep perkawinan bahagia menurut si pemilik buku, berhubung belum nikah, dikosongin dulu deh. Paling ga saya belajar banyak dari buku ini salah satunya : perkawinan seharusnya menjadi jawaban atas mekarnya cinta yang matang. Perkawinan seharusnya membuatmu lebih berwibawa, beradab, suportif dan memelihara.(hal 213)Yang terpenting dari perkawinan bukanlah segala kekurangan pasangan kita, mlainkan fakta kita bisa menerima segala kelemahannya itu. Dan bukan laki-laki yang tepat atai tidak tepat, dia laki-lakiku. Itu saja. Suamiku, orang yang kupilih pada hari aku memilihnya, dan saat ini aku berniat untuk terus memilihnya sepanjang hidupku.hal.395) Oia, satu lagi semua rencana saya tentang pengen prewed di Karma Kandara, pake gaun putih melambai-lambai, pengen cincin kawin dengan potongan solitaire cut menjadi tidak penting lagi, karena bukan di situ intinya pernikahan. Sama sekali bukan.
Do You like book Recipes For A Perfect Marriage (2007)?
3,5 bintang. Quotes:Kata orang, tidak ada yang namanya perkawinan sempurna, tetapi menurutku ada. Perkawinan yang sempurna adalah tempat dua orang menjalani hidup bersama-sama selama hampir sebagian besar umur mereka, sampai maut memisahkan. Yang tidak ada adalah perkawinan yang mudah. (pg 384)Cinta yang sesungguhnya hanyalah apa yang kita berikan. Itu saja. Cinta ada di dalam diri kita. Di dalam hati kita: di dalam apa yang rela kita berikan. Kita semua sanggup mencintai, tetapi hanya sedikit yang punya keberanian untuk melakukannya dengan semestinya. Kita takut memberi lebih, kalau-kalau pemberian kita tidak berbalas. (pg 385)Cinta adalah sukacita. Mereka yang mencintai selalu penuh sukacita, apapun yang harus mereka tanggung dan tahankan. (pg 385)Barangkali kedekatan bukan hanya berarti mencintai segala sesuatu tentang dirinya, tetapi mengetahui segala sesuatu tentang dirinya --dan tetap bertahan bersamanya. (pg 395)Membaca buku ini tadinya saya berharap dapat resep yang bisa bikin perkawinan menjadi sempurna. Setelah selesai membaca, apakah saya menjadi tahu bagaimana caranya? Tidak juga. Bagaimana membuat hubungan (tidak hanya dalam perkawinan) yang sempurna sepertinya tidak bisa diajarkan atau didapatkan hanya dengan menerapkan aturan2 tertulis atau dengan menanyakan caranya dari orang lain.Hubungan yang sempurna haruslah diusahakan dan dijalani sendiri, dengan kemauan dan komitmen orang-orang yang terlibat dalam hubungan tersebut.Mengutip lagi dari buku ini, kita bisa membuat komitmen atas cinta, tetapi kita tidak bisa mencintai tanpa komitmen.Mencintai yang sesungguhnya lho, yang dari hati..bukan hanya manis di mulut :) Cinta yang hidup di dunia nyata, cinta yang harus berkorban, berkompromi, berbagi, bertahan--cinta yang kasat mata, keras, lembut, itulah yang nyata. Cinta yang bisa disentuh, bisa menghibur, memeluk, dan melindungi, cinta yang tercium akrab dan terasa akrab, meski tidak selalu manis. Cinta yang, seperti halnya kulit dan napas, kelak menjadi tidak tergantikan seperti air.
—Iyut
I am quite amused to see so many women on Goodreads supposedly offended by these two "selfish" women. I personally found this book refreshing. This alternates between a woman and her deceased grandmother and tells the story of both their marriages, which have parallels in that neither married the man of the dreams, instead "settling" for basically decent men who loved them. Neither is especially happy and it takes many years and experiences for them to appreciate what they've got. I appreciated the honesty and I could relate to some of this. I think most women who have been married many years would recognise some of these situations and thoughts. Whether or not they will actually admit it is another thing. I found this well written with believable, though flawed characters.
—Nicki
-didiet, thanks for lend me a year this novel!-apakah kamu :butuh definisi cinta, yang real?butuh alasan, mengapa menikah?butuh alasan, apa cinta itu kebutuhan dalam pernikahan?buku ini banyak quotes yang tersebar tentang arti cinta,melalui kisah yang mungkin saya aslinya non fiksi, melalui kisah rumah tangga ala amerikatapi sungguh, kalau kita mau membuka fikiran terbuka saat membaca buku ini, dan tetap memfilter cukup banyak bagian didalamnya,buku ini sungguh bagus dan bisa everlasting maknanya yang kita ambil..buku ini buat mel bersyukur, sebagai seorang muslim yang tak perlu definisi 'bahagia'..karna itu salah satu inti pokok tokoh utama dalam buku ini, sang Bernadette,dia butuh puluhan tahun untuk bisa menjadi manusia yang bahagiaia mencari definisi,ia mencari pelarian dalam kehidupannya, dalam pernihakannya, dalam kelumit kehidupannya,dengan memasak ini itu mencoba resep baru, memasak dengan segala kelihaiannya,tapi dibalik sekian resep tersilap filosofis kehidupan yang ia temukan..empat bintang tuk buku ini, mengabaikan beberapa minus tentang penggunaan bahasa yang sebaiknya bisa diganti dengan 'sinonim lain..dan satu hal,mel sudah lama ga tersentuh membaca buku hingga air mata meluncur tak sengaja,di bab ketiga terakhir buku ini...indah. sungguh..makasih banyak tuk didiet..nantikan pengembalian buku ini yahhhe...
—icha