Anak-anak nakal, itu hal yang biasa. Dalam usia perkembangan mereka, kenakalan-kenakalan itu lebih sebagai ungkapan keingintahuan mereka terhadap hal-hal baru. Bukan karena dorongan sifat kriminal. Atau juga, bisa jadi sebagai bentuk upaya mencari perhatian dari lingkungannya, terutama orang-orang terdekat mereka: orangtua, teman-teman, guru dll. Lazimnya, kenakalan-kenakalan seperti itu tak dianggap berbahaya. Wajar, namanya juga anak-anak, begitu biasanya kita berkomentar.Namun, masalahnya menjadi serius jika telah mengakibatkan orang lain celaka dan sengsara. Tidak bisa lagi dianggap lucu. Inilah yang saya dapati dalam buku cerita kanak-kanak karya Charles Ogden berjudul Edgar & Ellen: Rare Beasts (Hewan Langka). Kenakalan-kenakalan yang diperbuat oleh kedua kakak-beradik kembar, Edgar dan Ellen, menurut saya, tidak lagi bisa dibilang sesuatu yang lucu. Buat anak-anak usia mereka (12 tahun) kenakalan yang dilakukan sudah agak keterlaluan. Mereka bukan sekadar mengolok-olok teman atau mencuri mangga di halaman tetangga, tetapi sudah sampai menculik hewan-hewan peliharaan milik tetangga–seperti kucing, anjing, kelinci, sampai ular piton sepanjang 4 meter–untuk kemudian dipermak menjadi–mereka menyebutnya–“hewan langka yang eksotis” dan dijual dengan harga setinggi langit. Terus terang saja, saya sempat kaget membacanya. “Badung banget ya anak-anak ini,” begitu yang tercetus spontan dalam hati saya. Mereka bukan cuma nakal, tapi juga sadis. Saya kutipkan saja ya : ….”Dengan cepat Ellen mengikat Edgar yang berusaha melawan, lalu naik ke atas meja dan beridiri di atas badan Edgar. Dengan jelas Edgar bisa melihat benda yang dipegang kakaknya. Bandul tajam berbentuk setengah lingkaran di salah satu ujung tali emas. Edgar tahu benda itu; dialah yang merancang alat itu untuk memotong bendera-bendera partai politik selama masa kempanye di Nod’s Limbs. Ellen memegang tali bandul di atas adiknya lalu dia ayunkan pelan-pelan. Besi tajam berbentuk bulan sabit itu berayun dengan teratur. Ellen tersenyum sambil sedikit demi sedikit mengulurkan tali, membuat bandul itu turun beberapa sentimeter” (hlm 30) Saya merinding membacanya. Bagaimana bisa anak duabelas tahun melakukan adegan sadis seperti itu? Entah di mana letak lucunya. Yang ada justru kengerian. Yah, sebetulnya sih pada akhirnya kita akan merasa iba kepada kedua anak kembar itu. Mereka hanya tinggal berdua di sebuah rumah besar yang suram di Nod’s Limbs. Ayah ibu mereka pergi “keliling dunia” sejak bertahun-tahun silam. Mereka anak-anak malang yang merindukan cinta. Fakta bahwa mereka hanya tinggal berdua saja, terasa agak janggal. Dari mana mereka memperoleh uang untuk membeli makanan, misalnya. Ada sih Heimertz, orang dewasa yang tinggal di gudang belakang rumah mereka. Tetapi ia diceritakan hanya bertugas mengurus halaman dan membersihkan rumah. Bukan mengurus kedua anak tersebut. Entahlah kalau pada episode berikutnya akan lebih dijelaskan peran Heimertz yang sesungguhnya. Baiklah kita lanjutkan saja membacanya. Suatu hari, kedua kembar badung ini, merasa bosan. Mereka ingin melakukan kegiatan yang “tidak biasa”. Terinspirasi oleh sebuah tayangan di televisi tentang satwa eksotis, Edgar dan Ellen lantas menyusun rencan untuk membuka toko satwa langka demi mendapatkan uang yang banyak. Sayangnya, kakak-beradik yang kenakalannya sudah sangat kondang se-Nod’s Limbs itu, dalam melaksanakan rencana mereka menempuh cara-cara yang tidak baik. Mereka menculik sejumlah hewan peliharaan tetangga untuk kemudian didandani dan diberi nama-nama aneh seolah-olah “hewan-hewan eksotis”. Mereka lalu menjualnya di sebuah gerobak yang telah disulap menjadi toko keliling. Ulah mereka telah mengakibatkan kehebohan. Anak-anak pemilik hewan-hewan itu menangis sepanjang hari karena kehilangan peliharaan kesayangan mereka. Para orang tua jadi sibuk sepanjang hari mencari hewan-hewan yang tiba-tiba lenyap itu.Sementara itu, Edgar dan Ellen tanpa rasa bersalah sedikitpun malah tertawa-tawa gembira karena telah sukses menjalankan rencana tidak lucu mereka. Dengan tenangnya, mereka berkeliling menjajakan dagangan mereka.Walaupun pada akhirnya mereka berdua harus menerima hukuman atas kenakalan-kenakalan mereka, tetapi tetap saja bagi saya cerita ini menyisakan senoktah kesan yang tidak enak. Tidak semestinya buku kanak-kanak seperti ini. Kali ini saya tidak merasa terhibur membacanya. Atau jangan-jangan saya yang sudah kehilangan rasa humor?
This post was originally posted in Nazta Saari's JournalNod’s Limbs merupakan sebuah kota indah yang nyaris di penuhi oleh ‘wilayah kota yang baik’. Kecuali disuatu sudut kota, dimana berdiri sebuah rumah kecil yang dibangun sangat tinggi dengan warna kusam yang menampakkan kesan tidak terawat. Rumah itu dihuni oleh si kembar Edgar dan Ellen yang sudah terkenal kenakalannya.Setiap harinya, kedua kakak-beradik kembar ini melakukan hal yang berbeda dari kebanyakan anak di Nod’s Limbs. Pada hari cerah, dimana anak-anak keluar rumah dan bermain bersama di taman, si kembar malah menghabiskan hampir sepanjang hari bermain petak umpet dirumahnya. Petak umpet yang tentu saja berbeda dari yang lainnya. Sampai suatu ketika keduanya merasa bosan melakukan hal yang sama setiap harinya dan mulai mencari ide untuk berbuat kenakalan. Namun semua ide mereka seakan tidak bisa digunakan karena mereka tidak memiliki uang untuk membeli peralatan yang dibutuhkan. Jenuh dengan ide-ide yang tak bisa diwujudkan, keduanya lantas memutuskan untuk mengganggu Pet, hewan peliharaan mereka yang ditemukan begitu saja disuatu sudut rumah mereka.Pet adalah jenis binatang yang berbeda dari yang lain, memiliki tubuh yang dipenuhi dengan bulu dan sebuah mata kuning yang menyembul keluar di puncak bulunya itu senang menonton sebuah acara TV. Sedang asyik mengganggu Pet, keduanya tanpa sengaja menyimak acara TV yang membahas mengenai binatang langka yang sangat berharga. Seketika itu pula keduanya mendapatkan ide berjualan binatang langka. Darimana binatang-binatang langka itu mereka dapatkan? Buku dengan total 160 halaman ini akan menjawab semua pertanyaan dan membeberkan segala kenakalan Edgar dan Ellen.Salah satu buku terjemahan yang berbeda dimana Charles Ogden mengangkat tokoh antagonis sebagai karakter utama dalam serial kisah anak ini. Kisah anak? Mungkin cerita seri Edgar dan Ellen termasuk kategori buku anak, namun aku rasa perlu pengawasan khusus bagi anak-anak untuk membaca cerita Edgar dan Ellen. Secara keseluruhan buku ini menghibur, lucu dan mengundang gelak tawa. Namun yang perlu disayangkan adalah tidak ada penjelasan secara gamblang mengenai penyebab datangnya sifat nakal si kembar.
Do You like book Rare Beasts (2006)?
Edgar and Ellen are two orphaned siblings who like to play cruel jokes on each other and their small town. Unfortunately, they've run into a bit of a money crunch. They decide that their get-rich quick scheme should involve selling rare beasts - so they steal all of the pets in their area and make them look rare and unique. The only problem is.. they can't seem to find any buyers that will pay over $5 and they're asking for at least $1,000. What ever will they do?As this is the first of the Edgar & Ellen books, I can see why they appeal to my students so much. They're a bit of a quirky read - short yet fun and interesting. Great for kids who like a bit of the creep factor in their reading. I'll be reading a few more over break hopefully.
—Kristen
Edgar & Ellen are terribly mischievous (and parentless) twins with a dark edge. Scratch that - not even a dark edge - a dark chasm. They are caricatures of antiheroes, like villains who take pleasure in rainy days, painful games, and woebegone screaming. Think Addams Family. Due to the dark nature of the characters and the quirky setting, it is often compared to the Series of Unfortunate Events. Unlike the Unfortunate series (or the Addams family), the main characters are difficult to like. Edgar & Ellen are so mean-spirited, even to each other, it's difficult to find anything charming or amusing in their quirkiness.The illustrations are great and the vocabulary outstanding. Within the first 20 pages you get: "whirling silhouettes," "shadenfreude," "imposing," "cupola," "foliage," "trussed," and many other great words. The plot is easy to follow and the detail Ogden puts into his scenes makes the book a fun read. I'm just not certain it has the appeal to span generations, like the Unfortunate series does. It's a series that I think younger audiences would really sink their teeth into, but not one that adults will devour as readily as some other children's lit series.*note: For my purposes, I have it shelves as a YA book, but it is really children's literature, best suited to grades 3-6.
—Rachel
This was so perfect at the beginning- the description of the town, the twins, their Beetlejuice house - the start of this book had me thinking I'd found a gem. The premise is a good one: Edgar and Ellen live alone (aside from their mysterious, mute, accordion-playing grounds keeper and their one-eyed, furry Pet) in a house that appears to have fallen out of a Tim Burton movie. When bored, the two entertain themselves by concocting devious ways of terrorizing their neighbors. In order to get more funding for their nefarious schemes, they capture all the town pets so they can be turned into "rare beasts". With the profits from selling these exotic creatures, they'll be free to enact all of their horrible pranks.It's a great idea and the writing is strong - mature and eloquent but still accessible to a young audience - but I was a little bored by the end. The twins spend the story trying (unsuccessfully) to sell their beasts to various people throughout the town. In the end, all these people end up together in what should have been an entertaining mash up as all the characters realize what the twins have done to their pets. Instead, this climax was, well...anti-climactic. It just wasn't explosive enough. I wanted their to be a clever tying together of all the previous episodes of the story, but it was a little blah.I'm still very interested in reading the other books in this series. I enjoyed the writing style so much, I wish I could give it a higher rating overall. There's potential for a really entertaining story with just the right amount of creepy weirdness. And I would still recommend this to kids who enjoy this type of thing, but for me it was just almost there. Perhaps one of the other books in this series will be as perfect as I thought this one was going to be.
—Courtney Umlauf