Lanjutan seri The Five Ancestors. Saya membaca buku pertamanya, Tiger, pada akhir tahun 2013. Sudah lama sekali ya. Pantas saya sudah hampir lupa dengan ceritanya. Untunglah saya masih ingat sedikit-sedikit, hahhah.Ceritanya tentang sebuah perguruan biksu pendekar bernama Kuil Changzen yang diserang oleh biksu pembelot. Tidak tanggung-tanggung, Ying, nama si mantan biksu tersebut, melululantakkan Kuil sampai tidak ada seorang pun yang tersisa. Namun perkiraan Ying sedikit meleset. 5 master biksu muda terhebat berhasil melarikan diri. Setelah di buku pertama diceritakan tentang pelarian biksu muda pertama, Fu yang jago kungfu macan, sekarang di buku kedua giliran adiknya, Malao si master kungfu monyet.Nah, sama seperti Fu yang tingkah lakunya mirip macan, tingkah laku Malao juga sangat mirip monyet. Malao sepertinya juga mempunyai hubungan khusus dengan para monyet. Di sini, misteri-misteri yang ada di buku pertama mulai sedikit terungkap. Kalau di buku pertama saya dibingungkan dengan identitas si pemabuk dan komandan no. 1 Ying, Tanglong. Di sini mulai diungkapkan siapa mereka berdua walaupun masih berupa dugaan Malao. Yah, sifat Malao yang selalu ingin tahu ada gunanya juga :DSama seperti di buku pertama, di buku kedua ini ending-nya juga gantung. Terus kalau soal gaya kungfu saya rasa lebih keren kungfu-nya Fu. Tapi kungfu gaya Malao lebih aman. Soalnya prinsip Malao adalah kalau bisa kabur ya kabur saja, haha.Btw, cerita ini mengingatkan saya sama cerita Kungfu Panda. Memangnya sejarah cerita kungfu selalu seperti ini ya? Ada 5 gaya kungfu inti, terus ada yang iri pengen dapat ilmu kungfu naga dan orang yang iri ini berusaha merebut gulungan yang berisi ilmu kungfu naga dan membuat kekacauan.At last, saya mulai suka dengan seri ini. Semoga nanti serinya diterbitkan semua. Kalau tidak salah baru tiga buku yang diterjemahkan ya? 3 dari 5 bintang untuk Malao. I liked it :)
I enjoyed Monkey better than Tiger, the first book in The Five Ancestors series. The dialogue seemed a little better, and Malao is, frankly, a more pleasant character to be around than Fu was. His mischievous personality made him a fun character, and when paired with Fu it served to soften Fu's sharp edges.So far in the series, though, I am having a hard time accepting Fu and Malao at least as Kung Fu masters. These boys seem to have little self-control, very little discipline, and very little regard for caution. They are often reckless and leap head-long into dangerous situations. On the other hand, I realize that this is a book written for children, and kids want characters that they can identify with. If you've got an 11 or 12 year old acting with the wisdom and self-knowledge of an adult, then that doesn't make the character too believable or too relatable to a kid, does it? In fact, it makes that character pretty boring.The slamming of the female gender was toned down considerably in this book, although it did rear up once or twice. Still, that grated less in this book because of some developments that I can't discuss without spoliers.I am enjoying the way in which these books build upon one another. Events carry over into the book featuring the next character, and slight shifts in perspective are executed. Once events that the monks shared in common are looked at from the "new" character's perspective, the story picks up again and moves forward with that monk in the lead position. It's an interesting device, and allows a reader to perhaps become more familiar with each character more effectively than they could if only one book tried to hold all of their personalities and stories. On to the next book for my literary martial arts fix.
Do You like book Monkey (2005)?
The second in The Five Ancestors saga continues the tale of the young Cangzhen monks as they struggle to escape the evil Ying and his soldiers and protect the four Dragon scrolls. This tale is told from the point of view of eleven-year-old Malao the master of the Monkey style of king fu. As each book in the series progresses you find out more about the characters' past and piece together the puzzle along with them. This tale is full of excitement, humor, the importance of family, good vs. evil, and of course kung fu. Boys will love this series.
—Dayna Smith
novel kedua ini menceritakan perjalanan dari sudut Malao, si monyet kecil yang lincah tak bisa diam kesana kemari dan penuh kejutan.Dibandingkan Fu, Malao banyak bertemu dengan saudara-saudaranya. Ia membantu Hok mengamankan jasad Mahaguru, bertemu Seh dengan para bandit, dan menolong Fu dari pasukan Ying. Satu-satunya saudara yang masih tidak diketahui keberadaannya adalah Long.Dan kenyataan kalau Hok adalah anak perempuan <3Keterlibatan hewan di buku ini yang bikin aku pingin baca haha. Gimana nggak, di buku pertama Fu dibantu oleh anak harimau, dan di buku ini Malao memimpin kawanan monyet! Buku dengan makhluk hidup bukan manusia memang selalu menarik :3
—Rizqia Sadida
mulai ngantuk deh.cerita yang di angkat sebagian merupakan cerita dr buku sebelumnya. yang diceritakan dengan sudut pandang lain dalam hal ini Malao. pertemuan dengan Fu dan yang lain juga menjadi bagian dari buku ini. konsepnya bagus. tapi untuk jarak terbit yang cukup lama maka seseorang perlu mengingat atau membaca ulang buku sebelumnya untuk menggali ulang cerita. apalagi buat yang menginginkan kesempurnaan biasanya akan mencari celah penceritaan Jeff Stone. bagus sih, tapi mengganggu konsentrasi membaca.
—Wahyu Nurasman
