About book Layla And Majnun: The Classic Love Story Of Persian Literature (1997)
Kalau saya disuruh menyebutkan kisah cinta yang melegenda, maka saya akan menyebut Layla dan Majnun di antara beberapa kisah cinta lainnya. Padahal sebenarnya saya belum tahu kisah lengkap mereka seperti apa, nah rasa penasaran itu yang membawa saya begitu bersemangat saat membuka halaman awal buku ini. Siapa Layla? Siapa Majnun? Seperti apa kisah cintanya?Alkisah di Arabia pada suatu masa hiduplah seorang anak lelaki bernama Qays, Ayahnya bernama Sayd Omri, seorang penguasa Badui atas Suku Bani Amir. Qays jatuh cinta kepada Layla, seorang gadis anggun berparas jelita. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, tetapi ternyata jalan percintaan mereka tidaklah semudah awalnya. Ketika banyak gosip tersiar, kabar burung beredar, orang tua Layla mengambil tindakan untuk mengurung anak mereka di dalam rumah. Qays adalah seorang Pencinta, terpisah dari belahan hati adalah sebuah siksaan yang menyengsarakan perasaannya. Dengan apa ia bisa membawa rindu kepada Layla? Maka lewat angin ia berkisah, dalam bentuk jalinan kata yang memabukkan siapa saja yang mendengar denting indah yang keluar dari bibir Qays. Tapi kelamaan, Qays dianggap tidak waras lagi. Ia lebih sering dipanggil ‘Majnun’ yang berarti ‘orang tidak waras’, karena rasa cintanya yang sedemikian besar terhadap Layla. Orangtua Qays sudah mencoba melamar Layla, tetapi Ayah Layla terlalu angkuh untuk menikahkan anak gadisnya dengan Qays. Maka tetaplah Qays menjadi si Pujangga cinta berbekal rasa rindunya yang berkerak untuk Layla seorang. Jika Qays sedemikian bebas mengumbar rindu untuk kekasihnya, tetapi tidak demikian dengan Layla. Ia sebagai anak perempuan, sebagai wanita, memiliki keterbatasan dalam menampakkan kerinduan yang ia pikul terhadap Qays. Layla membisikkan rindunya terhadap angin, berharap Qays mendengarkan kepiluan yang juga mendera hati dan perasaannya.Apakah dua kekasih ini bisa bersatu lagi? Ah, membaca kisah Qays dan Layla di buku ini sejak awal membuat saya tersenyum-senyum pilu sambil kasihan membayangkan kegilaan Qays atas cintanya terhadap Layla. Tetapi semakin lama membaca, saya perlahan menyadari bahwa kisah Layla Majnun bukanlah romantisme picisan antara dua orang, pertentangan orang tua, lalu kegilaan karena cinta. Awalnya memang saya sempat jengkel bukan main terhadap pribadi Majnun yang nggak easy going (ceileh), kenapa nggak putusin aja itu Layla, lalu cari cewek lain? Kenapa harus menyiksa diri di pedalaman hutan, berteman dengan hewan, makan hanya rerumputan dan jauh dari hiruk pikuk keduniawian? Tapi ternyata hal-hal itulah yang membuat cerita ini berkaitan erat dengan ajaran sufi. Seperti kata sang editor buku ini di akhir cerita, yang saya sempatkan baca duluan karena tertarik dengan perenungan ini dan membawa saya melihat dalam sudut pandang berbeda para pencinta.Layla Majnun memang sering dianggap sebuah cerita yang mewakili ke-sufi-an seorang Hamba terhadap Tuhannya. Kita adalah Majnun, untuk dapat masuk dan larut dalam Cinta Ilahi, kita harus menghilangkan ‘kesadaran’ atas diri kita sendiri dan menemukan Diri kita dalam Sang Kekasih.Sufisme pada dasarnya adalah Jalan Cinta, dan para pencari adalah pencinta yang mencari Sang Kekasih Abadi. Ketika pencinta dan Sang Kekasih menyatukan semuanya, yang tersisa adalah Cinta. Amat-un-Nur. 15th Sept. 2008.Seperti yang disarankan oleh seorang sahabat, kenikmatan membaca buku ini terletak dari pilihan kata – katanya. Cantik, puitis-melankolis-abstrak kalau saya simpulkan dalam tiga kata. Sedangkan kisah Majnunnya? Perlu dilihat dari kacamata cinta yang tak biasa, kesengsaraan yang kita lihat atas dirinya ternyata adalah kekayaan yang ia rasa dan ia miliki. Dengan membunuh ‘kerakusan’ dalam dirinya, ia merasa menemukan cinta yang sebenarnya, cinta yang penuh, yang utuh dan suci.Pantaslah kalau cerita ini sangat populer, telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, telah difilmkan dan diilustrasikan berkali-kali..Saya setuju, seperti yang dikatakan Damar Shashangka, penulis novel Sabda Palon. “ Kitab agung yang diterjemah dan disunting dengan sangat indah ini sungguh mampu menembus hakikat cinta para sufi.”
Cinta, bagi seorang pecinta bukanlah hal yang absurb. Dengan cinta, kekuatan batin akan menguat dan hati akan terasa indah. Qays, mengalaminya. Putra yang ditunggu-tunggu kelahirannya oleh Syed Omri, seorang bangsawan, jatuh dalam cintanya kepada teman sepelajarannya, Layla. Namun cinta yang sebenarnya terbalas dengan sempurna itu harus tertahan dengan penolakan dari keluarga Layla. Kecewa dengan penolakan yang diberikan, Qays melarikan diri dari kehidupan duniawi, dan melanjutkan hidup dengan menggelandang, serta mensyairkan perasaan cintanya di tengah khalayak, sehingga panggilan Majnun (gila) disematkan kepadanya.Majnun terkoyak oleh duka dan nestapa. Namun taman Layla merekah seakan msuim semi tiba. Bagaimana bisa cintanya kepada Layla tumbuh bahagia, Sementara anak panah menembus dadanya. (halaman 64)Segala perjuangan untuk mendapatkan cinta Layla mendapatkan berbagai halangan. Dari perjuangan yang ditempuh oleh sahabatnya Nawfal yang mengakibatkan terjadinya peperangan antarkabilah, lamaran Ibnu Salam yang diterima oleh ayah Layla; sehingga Layla dinikahkan dengannya, sampai kematian kedua orang tua Majnun.Dinikahkan dengan Ibnu Salam tak mengorbankan cinta Layla kepada Majnun. Cinta itu diwujudkan dnegan penolakan untuk melakukan hubungan suami istri. Bukankah kekuatan cinta itu sangat luar biasa? Meskipun diceritakan pada akhir kisah, Majnun tidak berhasil bersanding dengan Layla di dunia, tapi kebahagiaan mereka terwujud di surga. Pengantin Surga.Membaca Pengantin Surga yang berjudul asli Layli o Majnun ini membuat saya termenung. Kisah ini bagi saya persis dengan berbagai kisah sufistik, pendekatan cinta seorang hamba kepada Sang Khalik. Dijelaskan dalam catatan penyunting, memang kisah ini menginspirasi kaum sufi dalam membuat syair/karya dengan simbolisme sosok Layla sebagai Yang Terkasih dan Majnun sebagai sosok pencinta. Kisah cinta Layla dan Majnun menggambarkan kepada saya bahwa cinta itu membakar tetapi semakin terbakar semakin mencintai. Perjuangan Majnun bukan berarti memperjuangkan nafsu, karena Majnun bukan terdorong nafsu untuk mencintai Layla, tetapi untuk menemukan makna mencintai. Dengan berbekal cinta kepada Sang Kekasih, apa yang harus ditakutkan dari minuman yang pahit dan beracun? (halaman 243)O ya, saya mendapatkan buku ini diterjemahkan dengan baik. Tak perlu berkerut kening, sekedar mendapatkan keindahan kisah cinta ini, khususnya bagi saya yang kurang mendalami buku-buku berjenis romansa. Angkat jempol untuk terjemahan dan penyuntingan yang eksklusif. Tak rugi meluangkan waktu untuk membaca buku yang penuh dengan kehangatan cinta Layla dan Majnun ini. -------------------------------------------------------Buntelan dari Penerbit Dolphin, terima kasih. Semoga berlanjut terus ^_____^
Do You like book Layla And Majnun: The Classic Love Story Of Persian Literature (1997)?
Pertama kali membaca buku ini sewaktu SMA, saya benar-benar blank.Kurang paham dengan isinya, berfikir keras, "jadi alur ceritanya ini bagaimana?" dan suatu hari teman saya bilang, "pahami per kalimat". Yes! buku ini adalah sebuah buku yang bukan untuk dipahami alur ceritanya, tapi buku yang harus diresapi setiap puisi, doa, dan harapan dari keduanya. tentang kesabaran Majnun dan Layla, "Ya Allah! Dengarlah hambamu! Dalam tatapan cinta bebaskanlah dia dari penderitaan yang melanda. Atas namaMu, rengkuhlah ia dalam pelukanMu! Ya Allah, tunjukanlah kasih sayangMu, tunjukan kebesaranMu pada diriku ini, pertemukanlah aku segera padanya. Tidak ada lagi yang dapat kupertahankan di dunia ini, setelah jiwaku satu-satunya Engkau panggil". Majnun yang tampan, tidak seperti romeo yang lebih memilih menghabisi nyawanya agar bertemu Juliet, dia memilih bersabar dan berdoa di samping pusara Layla agar bisa secepatnya bertemu. ~Mereka tidak bisa bersatu karena selalu menjaga Kesucian dan Kepercayaan.
—Putrihutami
I can divide this novel into 2 big chapters. the 1st chapter to 16th, is written by Nizami's heart. I can feel the hurt & longing feeling that Majnun feels (which describe Nizami's power of mastering my heart) while after those chapters, I found myself angry of Majnun's selfishness in living his life as love-slave. This is a tiring novel though,it plays with your heart...Anyway, if Nizami wanted to say about the madness in loving God in a darwis' life, I will learn from this novel that even when you love the rightest thing in this world, still, you just can't leave the world behind you and make other person hurt because of that. Even when you believe this is the right thing, you just can't ignore other lives that created by God (the only one that you love). When you love somebody, you just have to care about everything connected to the one you love as well. Nizami was truly one of the greatest writer ever lived.
—Palsay
Layla Majnun, sebuah roman cinta yang telah melegenda di seluruh dunia. Roman yang diilhami dari kisah nyata. Nizami Ganjavi mengumpulkan cerita cinta Qays dan Layla pada tahun 1188. Cerita tentang Layla Majnun ini awalnya adalah cerita mulut-kemulut sepeninggal kedua pecinta itu, maka dari itu banyak versi cerita Layla Majnun yang beredar dan hanya Syaikh Nizami yang berhasil mengumpulkan dan membuat roman yang sangat terkenal di dunia. Novel karya Nizami Ganjavi ini mempunyai cara penyampaian yang sangat unik membuat orang yang membacanya seakan kembali ke jaman Persia dulu. Nizami Ganjavi menggunakan syair dalam novelnya. Banyak sekali syair-syair yang membuat orang-orang terpana karena keindahan syairnya, yang membuat kita sadar akan kekuatan cinta yang membuat kita lupa diri, ketulusan cinta yang mengalahkan segalanya. Cerita Layla Majnun ini dimulai ketika Seorang Kabilah bani Amir yang ingin mempunyai seorang anak, dan akhirnya lahirlah seorang anak laki-laki yang tampan bernama Qays. Qays menjadi seorang pemuda tampan yang disenangi temannya. Suatu saat dia menjalin hubungan dengan seorang gadis bani Qhatibiah yang bernama Layla. Orang tua Layla tidak suka anaknya menjalin hubungan gelap dengan Qays dan kemudain mereka dipisahkan. Majnun menjadi putus asa dan menjadi gila dan mempunyai julukan “Majnun” si gila. Beberapa kali ia sudah ingin bertemu dengan Layla tetapi usahanya selalu gagal. Akhirnya Layla menikah dengan orang lain yang membuat Qays terpukul. Walaupun Layla telah menikah, Layla tetap mencintai Qays sampai akhirnya suami Layla meninggal. Setelah Suaminya meninggal Qays sudah siap untuk menyatukan cinta mereka, tetapi apa daya, Qays sudah gila, ia kemudian meninggalkan Layla. Tidak lama setelah itu Layla meninggal disusul dengan Qays yang meninggal diatas kuburan Layla. Banyak amanat yang bisa dipetik dari novel ini. Novel ini mengajarkan bahwa cinta itu selalu ada membuat kita hidup, cinta adalah sumber kehidupan, dan percayalah pada kekuatan cinta. Hal yang menarik dalam cerita ini adalah bagaimana pengarangnya menceritakan alurnya. Alurnya sangat enak untuk dinikmati. Penulis sangat memberikan atmosfer cinta yang begitu kental kedalam novel ini. Banyaknya syair-syair cinta buatan Qays juga membuat novel ini hidup, dengan syair arab yang begitu kental dan sangat mudah untuk diserapi.
—Budhi Prihanto