I just finished reading this book a few days ago. In fact, I've finished it three times in the past couple of weeks. Hear the Wind Sing is, alas, almost impossible to buy, unless your name is Rockefeller or Gates. My friend from Taiwan raved about it - a Chinese translation - saying it was way better than the author's new stuff (which I like). So I started out looking in libraries, then book stores, then finally Amazon. You can find the only published translation in English there... if you have $160. Ultimately somebody shared a couple of internet versions with me. One was 12 pages of the "official" Birnbaum translation, which just whet my whistle for more. The second was a full translation, but not by Birnbaum and in a really klunky style, I thought. Obviously the work of a student, I though. It didn't seem to measure up to the Birnbaum fragment I'd read.Finally my local library came up with the full Birnbaum translation via inter-library loan. I was so afraid though because when I went to get it, they had already misplaced it. It turned out though it wasn't lost; it was just so small that the librarian didn't see it next to the normal sized books on the same shelf. I'm telling you all this so you'll know how hard it is to get, and that it really is a REALLY SMALL BOOK. Having finally read the Birnbaum version, I have to say I'm really glad I read two translations. Hear the Wind Sing is every bit as great as my friend says. It's the same coming of age story Murakami tells from different angles again and again, in Pinball, Dance Dance Dance, Norweigian Wood, etc.. But as you track back to that story as first written, Murakami's voice becomes less and less the sensitive Oprah Book Club narrator of Norwegian Wood. Finally when you get back to Hear the Wind Sing the narrator is reduced to a normal guy; specifically a 21 year old guy who drinks beer and talks in grunts. This is a guy who has got a ways to go to being in touch with his feminine side, and he appears to be embarrassed about being smart or knowing about classical music. This is Murakami writing before Murakami was "chick lit." I won't go into the storyline beyond what I've already mentioned. But I want to say that the style here is very different than his later "professional" books. The sentences are mostly short and full of one-liners. In it's pithiness it reminds me a little of Camus's The Fall, which reminded me of the old movie Casablanca. All of these are similar in their telegraphic and catchy language, and the punch lines that a paragraph often leads to. I would mention a few examples, but I don't want to spoil things. Something else that struck me was how Murakami transitions from one subject to the next. He either doesn't - he just jumps on to the next subject - or he echos a meaning from above but into a different sense. There are no wasted words, the writing is very tight and fast.The reason I said I was glad I read two translations is that I think there might be some shortcomings with the Birnbaum translation. Although it's mostly very well written, there are a few spots where the two translations I read totally differ in how they understand the scene. I have a feeling that Birnbaum was in a rush to be productive and paid when he was writing this novel by a first-time writer. So maybe he didn't use all the care he might have had he known this nobody would grow into the writer who sold zillions of copies of Norwegian Wood. Honestly I can't say which translation of these problematic scenes is correct; but in two or three scenes the no-name translator's version seemed to make more sense of what followed in the writing. In a few others Birnbaum's was the one that made sense. Of course I don't know where the translation falls in the time-line of Murakami's career in Japanese. Maybe Murakami was already well recognized in Japan. Perhaps somebody who knows more can say.As a new fan of Murakami's writing, I am dying to be able to buy my copies of "The Rat" series of books, of which Hear the Wind Sing is the first. Murakami apparently says he doesn't want to release his first two books, considering them as kind of his "juvenillia." I'm not sure I believe that. While the real reason might be some rights dispute with the old publishing house, maybe he's just being nice to his translator. I'm guessing Murakami has probably noticed the shortcomings of the translation since he's a translator too. But I would be very happy if he'd give Birnbaum another shot at this book and let the old publishing house re-release the book. Failing that, maybe there is some internet annotation available so that those rich enough to afford this book can get a little insight into the problematic passages. Don't be put off by the translation concern though. I can't recommend this book enough, especially for Murakami fans. There is a reason this book won a literary prize in Japan and launched his writing career. It's good!
Novel ini berjudul asli 風の歌を聴け (Kaze no uta o kike). Bercerita tentang anak muda Jepang yang sedang mencari identitas diri. Tokoh utama "Aku" berusia 21 tahun, bersama temannya Nezumi seringkali membahas hal-hal yang menjadi pilihan hidup mereka. Tempat yang mereka pilih untuk berdiskusi adalah di bar. Tentu saja bersama rokok dan bir. Kegelisahan sahabatnya Nezumi yaitu karena ia kaya. Ada apa dengan kaya? bukankah itu suatu keuntungan? Nezumi memaknainya itu sebagai suatu ancaman. Suatu kali "Aku" menyelamatkan seorang wanita pingsan karena mabuk. Ia akhirnya bersahabat dengan wanita itu seraya menggali nilai dari persahabatan mereka. Namun akhirnya mereka juga berpisah dan memilih jalan mereka masing-masing.Agak membingungkan membaca novel ini. Sepertinya tidak ada ketegangan atau membuat pembaca penasaran. Tokoh "Aku" pulang ke kampung halamannya, bertemu dengan teman lama, menghabiskan waktu dengan minum bir, serta mencari kesenangan dengan teman baru. Selain itu tokoh "Aku" membandingkan era sebelumnya dan apa yang akan menjadi pilihan untuk masa depannya.Apa yang menarik dalam novel ini ialah Harumi menyampaikan bahwa menulis fiksi adalah suatu terapi. Narator "Aku" mengatakan demikian,When you get right down to it, writing is not a method of self therapy. It's just the slightest attempt at a move in the direction of self therapy... And yet I find myself thinking that if everything goes well, sometime way ahead, years, maybe decades from now, I might discover myself saved Tetapi, menulis bukanlah sesuatu yang mudah. Narator menceritakan kesulitannya untuk memulai menulis,For me, writing is extremely hardwork. There are times when it takes me a whole month just to write one line. Other times I'll write three days and nights straight through, only to have it come out wrong.Dalam novel ini banyak sekali referensi tentang jazz, rock and roll, artis Amerika dan Eropa, serta merk Amerika seperti Cocacola. Dan dalam novel ini, diceritakan bahwa "Aku" sangat menyukai "jukebox" yaitu semacam mesin yang bisa memainkan lagu yang dipilih dengan mengisi koin sebelumnya.Novel ini tidak bercerita tentang kesuksesan. Tetapi suatu kegalauan. Anak muda yang harus berpikir bagaimana ia nantinya. Banyak sekali kata-kata bijak yang dikutip di novel ini. Bagi seorang anak muda itu, kata-kata bijak seperti itu penting, karena ia belum merasakan bagaimana menghadapi hidup yang sebenarnya, sehingga suatu saat ia sendiri yang membuat kata-kata bijak untuk dirinya sendiri. Secara keseluruhan novel ini sangat bagus, kita mendapat banyak wawasan mengenai lagu-lagu hit pada era 1960an sampai 1970an, nama artis-artis terkenal di Amerika dan Eropa, lirik lagu, dan sebagainya. Namun, terjemahan novel agak mengganggu saya, apakah karena bahasanya harus meng"anak muda"? Jadi agak aneh bila membaca terjemahan seperti, "kamu mau nggak?"Jadi, saya memberikan lima bintang untuk novel ini. Minus satu bintang karena ceritanya yang kurang "rasa," serta minus satu bintang lagi karena terjemahannya. Tentang Haruki MurakamiIa lahir pada 12 January 1949, sejak kecil ia dipengaruhi kebudayaan barat, terutama musik dan literatur. Selama sepuluh tahun, ia tinggal di luar Jepang. Pertama di Yunani dan Itali, kemudian di Amerika Serikat. Ia bahkan mengatakan bahwa ia membuat gaya kepenulisan yang berbeda dengan menulis dalam bahasa Inggris terlebih dahulu kemudian diterjemahkan ke bahasa Jepang.Penghargaan yang ia peroleh antara lain: Shinjin Bungaku Prize, 1974. Junichiro Tanizaki Prize, 1985.tYomiuri Literary Prize, 1996. Jerusalem Prize, 2009. Murakami belajar drama di Waseda University, dan pada September 2007, ia menerima Doktor Honoris dari University of Liege. ia sempat tinggal di Amerika pada awal tahun 1990an dan mengajar di Princeton University. Setelah gempa Hanshin dan serangan gas beracun di Tokyo Subway pada awal 1995, ia kembali lagi ke Jepang dan menulis karya nonfiksi, Underground (1995) .Marukami memiliki sebuah bar jazz (1974-1981) yang dikelola bersama dengan istrinya, Yoko. Jadi, tidak heran novelnya ini banyak sekali bercerita tentang bar, bir, dan musik jazz. Murakami mengatakan bahwa ia terinspirasi menulis novel pertamanya ini ketika menonton pertandingan baseball. Saat itu tahun 1978, ia menonton pertandingan antara Yakult Swallows dan Hiroshima Carp, dan ketika Dave Hilton, seorang Amerika dari Yakult Swallow melakukan pukulan terbaik dan berlari ke base selanjutnya dengan kencang. Momen inilah yang membuat ia terinspirasi menulis novel untuk pertama kali. Dan novel ini yang mengantarkannya meraih The Gunzo Price untuk penulis baru.@hws19102010
Do You like book Hear The Wind Sing (1979)?
(Pertama-tama kudos buat Kedai Hitam kerana tanpa mereka mungkin tiada Haruki M versi Indonesia.)Ia agak mengujakan membaca Haruki dalam nuansa Nusantara. Namun, saya masih gagal mencari kesimpulan mengapakah empat bintang yang dititip walaupun buku ini tiada ujung pangkalnya. Beginilah, tunjang sesebuah penceritaan adalah persoalan. Kebanyakkan cerita akan dibuka dengan persoalan yang seterusnya pembaca akan dibimbing untuk mencari jawaban. Akan tetapi, Haruki M membina persoalan itu bukan di awal bacaan, sebaliknya di setiap bab atau perenggan atau di setiap baris. Walaupun mungkin menggaru kepada, namun pengalaman pembacaan ini adalah menyeronokkan. Kita akan berkenalan dengan Narrator yang mana beliau adalah sahabat karib Nezumi, kekasih gadis yang kekurangan jari, pelanggan tetap bar milik Jay, barangkali seorang disc jockey, penulis novel, peminat Derek Heartfield dan lelaki yang kekurangan sesuatu.Bir akan menjadi watak paling akrab, diteguk silih berganti. Dan membaca buku nipis lagi sederhana ini memabukkan. Lantas, ia jadi pengalaman paling berharga bergelumang dengan karya paling pertama nukilan Haruki. Kami suka medium rare steak!
—Mahmud Qayyum
Akhirnya saya impulsif beli buku ini ketika lihat di Gramedia Online kalau buku ini masuk Limited Stock. Lagipula, kapan saya tidak impulsif kalau menyangkut Haruki Murakami?Dengarlah Nyanyian Angin (Hear The Wind Sing) menceritakan tentang kehidupan Aku, seorang mahasiswa Biologi di salah satu universitas di Tokyo, yang tengah pulang ke kampung halamannya di saat libur semester. Di kampung halamannya, selama 18 hari, Aku menceritakan kisahnya bersama Nezumi, sahabatnya, dan seorang gadis berjari tangan empat.Ini adalah karya pertama Haruki Murakami yang selalu sulit dicari ebooknya, karena itu saya langsung kalap begitu tahu KPG merilis ulang buku ini yang versi terjemahan. Benar kata sebagian besar orang yang telah membaca buku ini, novel debut Murakami ini memang terlalu random. lol. Tapi dari kerandoman ini saya masih bisa membaca Murakami yang saya kenal lewat buku-buku setelahnya (yang juga masih random dan seolah melantur, tapi lebih mempunyai plot utama).Satu hal yang membuat saya menyukai karya Murakami, terlepas dari seberapa random tulisannya adalah kemampuannya dalam melakukan refleksi intrinsik atas kejadian-kejadian yang terjadi di sekitarnya. Tokoh-tokoh Murakami selalu menjabarkan dunia dalam kisah-kisahnya dengan begitu lembut dan seolah-olah dirinya berada di luar dunia yang diceritakannya. Juga, kisah-kisah Murakami menimbulkan kesan yang unattached pada sekelilingnya, seolah dunia adalah tempat asing yang menimbulkan sensasi aneh pada diri kita, dan saya sangat menyukai perasaan seperti itu setiap saya membaca karyanya."Di bawah sinar matahari yang lembut di bulan Mei, hidup dan mati terasa bagaikan sama tenangnya."Fin.
—Yuu Sasih
মুরাকামি আগে পড়া হয়নি, ঠিক করেছি টাইমলাইন ধরে একটা একটা পড়বো। তাই মুরাকামির প্রথম লেখা দিয়েই শুরু। মুরাকামি নিজেই বলেছেন এটা তার অপরিপক্ব সময়ের লেখা।Hear the Wind Sing...বাতাসের গান শোনো... নামটা সুন্দর। কিন্তু আমার কাছে বিশেষ কিছু মনে হয়নি। উপন্যাসটিতে তেমন কোনও মুল গল্প ছিল না। কিছু চিন্তা, কিছু দৃশ্যপট, কিছু জীবন যাপন এমন ছাড়া ছাড়া কিছু ব্যাপার। তবুও খারাপ যে লেগেছে এমনও না। হালকা ধরণের লেখা, হালকা ভাবে পড়ে ফেলেছি। মনেও থাকবে না হয়তো কিছুদিন পর এখানে কী পড়েছিলাম।রেটিং দুটো তারাই দিতাম। বাড়তি একটা তারার পিছে কারণ হলো দুটো চরিত্র বেশ খানিকটা বাস্তব লাগতে শুরু করলো।প্রথমজন প্রোট্যাগনিস্ট(কেউ কি প্রোট্যাগনিস্ট এর বাংলা একটা প্রতিশব্দ জানাতে পারেন?), যার চরিত্রও ঠিক মত লেখক বিকশিত করেননি, তাকে জায়গায় জায়গায় তাকে আমার নিজের মত মনে হয়েছে। যেমন সে ছোটবেলার খুবই কম কথা বলতো, কমিউনিকেট করতে চাইতো না, কিন্তু পরবর্তীতে তার মনে হয় কমিউনিকেশন সভ্যতার জন্য একটি অতি প্রয়োজনীয় জিনিস। এমন টুকটাক আরও কিছু ব্যাপারে মিল আছে বলে মনে হলো। অনেকদিন পর উপন্যাসের কোনও প্রোট্যাগনিস্টের সাথে নিজেকে সামান্য কিছু হলেও রিলেট করতে পারলাম।দ্বিতীয় চরিত্র হলো সেই ১৭ বছরের মেয়েটি যার নার্ভের অসুখ, যার উপন্যাসে একটি চ্যাপ্টার ছাড়া কোথাও উপস্থিত নাই। নার্ভের অসুখের মেয়েটি নিজের চেষ্টায় পাশ ফিরে শুতেও পারে না। আমার এক বন্ধুর মায়ের এই অসুখ। উনি কথাও বলতে পারেন না। তাই সেই মেয়েটির রেডিওতে লেখা চিঠিতে বেশ খানিকটা টাচড হয়েছিলাম। এতটুকুই।
—Nabila Tabassum Chowdhury