Share for friends:

First Love Dilemma (2011)

First Love Dilemma (2011)

Book Info

Genre
Rating
3.53 of 5 Votes: 4
Your rating
Language
English
Publisher
Gramedia Pustaka Utama

About book First Love Dilemma (2011)

Semenjak ibunya meninggal satu bulan silam, kehidupan Azura seakan menjadi sesuatu yang menyakitkan. Ia menganggap sang Waktu adalah suatu hal yang kejam dan salah Di saat itulah, ia bertemu seorang cowok bernama Tristan, yang entah bagaimana memiliki pandangan yang sama dengannya soal Waktu. Tanpa Azura sadari, Tristan pun mulai memasuki kehidupannya, membuat hari-harinya lebih ceria dan membuatnya dapat mulai melupakan Joshia, cinta pertamanya yang meninggalkannya. Tak dinyana, Joshia sang cinta pertama Azura, tiba-tiba hadir kembali di kehidupannya! Yang lebih mengejutkan lagi adalah Joshia ternyata adik dari Tristan, dan kini, ia sudah memiliki pacar bernama Gwen. Hubungan Joshia dan Tristan sendiri tidak terlalu baik karena ada peristiwa lalu yang melibatkan Gwen. Kini, setelah menemui kenyataan itu, siapa yang akan Azura pilih? Tristan yang sudah memberinya keceriaan ataukah Joshia yang ia nanti-nantikan?Seperti yang sudah saya utarakan di atas, novel ini sedikit banyak termasuk dalam aliran Jepang. Hal itu terutama tampak dari dua adegan dibuat Pricillia dalam bagian-bagian awal novel ini: pertemuan Azura dengan Tristan di taman (hal. 15) dan—ini yang lebih penting—adegan saat keduanya bertemu kembali di atap sekolah (hal. 21). In fact, tema novel ini saja sebenarnya merupakan sesuatu yang jamak muncul dalam anime: kembalinya teman masa kecil (dikenal juga dengan sebutan osananajimi) ke kehidupan sang karakter utama. Tentu saja, adanya aspek osananajimi ini menuntut adanya background cerita masa lalu. Namun, kita akan membahas nanti. Di samping itu, adanya bagian lain seperti Tristan yang berulang kali merasakan sakit itu dan narrative hook yang lebih berkutat pada hal-hal filosofis (Sang Waktu) alih-alih suatu cerita yang mengalir juga memperkuat hipotesis saya. Nice try, meski sayangnya sentuhan itu lama-kelamaan tampaknya mulai memudar sepanjang perkembangan cerita.Kemudian,masuk ke dalam komentar. Satu hal yang hendak saya angkat di sini adalah alur dan konflik. Pertama, dari bagaimana pengarang menyembunyikan suatu elemen cerita, atau dikenal juga dengan teknik foreshading. Pada dasarnya, penggunaan teknik foreshading merupakan suatu hal yang bagus karena dapat menggugah rasa ingin tahu pembaca sehingga pembaca akan selalu membuka halaman untuk menemukan jawaban dari “apa yang disembunyikan”. Pricillia sudah menggunakan teknik ini, hanya saja ia tampak terlalu banyak menggunakannya di awal cerita. Terdapat banyak sekali bagian dalam novel ini yang menyebutkan “dia” atau “orang itu”, sehingga alih-alih jadi penasaran, saya justru menjadi geregetan saat membaca novel ini (sambil berpikir, ini kapan dieksposnya...?). Untunglah, “orang itu” yang dimaksud (yakni Joshia) segera diungkap pada Bab 6, sehingga permasalahan ini tidak terlalu berlarut-larut. Oh, ya, satu kritik lagi terhadap bab sebelumnya (Bab 5). Dalam pandangan saya, transisi Azura dari SMA ke kuliah itu terasa “terlalu terburu-buru”, dan kalau dipikir-pikir, setelah bab tersebut gaya penceritaan masih tidak jauh berbeda dengan “gaya SMA”. I mean, tidak ada suatu hal yang menunjukkan bahwa Azura merupakan anak kuliahan (kecuali mungkin halaman 182)—karakternya terlihat kurang “dewasa” kalau mengingat sebagian besar cerita ini didedikasikan untuk Azura yang sudah berkuliah. Tapi, yah, mungkin karena ini baru masa transisi, jadi masih dapat diterimalah (lagi pula, karakterisasi merupakan “hak penuh” pengarang). Selain itu, alur dalam novel in terasa stagnan. Hal itu mungkin ada kaitannya dengan pemilihan tempat yang itu-itu saja: rumah Azura, tempat kos Tristan, kafe...sepanjang perjalanan buku ini (minus bagian awal dan mendekati akhir, tentunya), hanya tempat-tempat itu yang diekspos. Yup, di satu sisi, Pricillia tidak dapat terlalu banyak menggunakan setting sekolah, tapi di sisi lain, ia tidak memanfaatkan setting kampus. Di samping itu, terkadang ada terlalu banyak dialog (hal. 180-181 yang lumayan mengganggu).Kemudian, koflik. Jujur saja, konflik dalam cerita ini sedikit membingungkan. Coba saya ulur: Azura bertemu Tristan, tapi sebenarnya, ia masih menantikan cinta pertamanya, Joshia. Joshia memang kembali, tapi ternyata ia sudah punya pacar bernama Gwen yang kuliah di Australia. Ketika pulang dari Australia, Tristan-lah yang secara diam-diam ditemui Gwen. Sementara itu, Joshi sendiri membenci Tristan karena peristiwa di masa lampau yang juga melibatkan Gwen. Melihat Joshi dan Tristan yang sebegitu banyaknya memberi perhatian pada Gwen, Azura pun menjadi merasa tersisihkan. Dari situ, saya dapat melihat bahwa terjadi perpindahan “pusat cerita”, dari yang tadinya mengenai cinta pertama Azura menjadi konflik pribadi antara Tristan-Joshia (dan Azura, dalam beberapa bagian) . Untunglah, penggunaan sudut pandang orang ketiga seba tahu memungkinkan Pricillia menyorot peran masing-mnasing karakter sehingga sedikit banyak dapat membantu saya memahami konflik dari keseluruhan cerita. Background cerita yang disisipkan di sepanjang cerita juga membantu membangun penjabaran mengenai konflik (hal. 110-111 dan 116-119). Background-nya sendiri cukup bagus menurut saya, hanya saja dalam beberapa hal terlalu banyak menggunakan telling. Tak mengapa, lagi pula, ini sudut pandang orang ketiga serba tahu.Kemudian, karakter. Pembatasan karakter utama sebanyak empat buah ini cukup membantu untuk memfokuskan alur (meski sayangnya, konfliknya menjadi melebar), tapi kalau mau jujur, saya masih belum bisa meng-grab karakter yang ada. Mungkin ini ada kaitannya dengan tema cerita yang menunjukkan kegamangan Azura antara memilih Joshia atau Tristan, tapi adegan Joshia menggandeng tangan Azura (hal. 198) padahal ia digambarkan mencintai Gwen dan sedikit manja terhadapnya (hal. 158) sedikit mengganggu pikiran saya. Meski begitu beberapa penjabaran fisik seperti Tristan yang digambarkan selalu mengeluh sakit, kaki Joshia yang bermasalah, dan kesukaan Azura terhadap cheesecake digambarkan dengan konsisten.Terakhir, resolusi. Sepanjang pengamatan saya, proses menuju resolusi berada pada bab 14-16, hanya saja saya merasa proses ini terlalu “tiba-tiba”. Konflik antara Tristan dan Joshia tampak menguap begitu saja, dan di bagian akhir bahkan tampaknya mereka sudah akur. Memang ada penjelasannya di bab 15, tapi elemen ini menggunakan Deus ex machina yang seringkali dihindari oleh para penulis. Kalau saja resolusi konflik tidak terlalu cepat dan tiba-tiba, mungkin suasana “damai” di bab 16 dapat dinikmati dengan lebih enjoy.Penilaian? Alur yang agak stagnan dan sedikit melompat dan kerumitan karakter mengurangi kenikmatan membaca novel ini, tapi eskalasi konflik dan latar belakang cerita menjadi penyokongnya. Kalau kamu menyukai cerita dengan sedikit unsur Jepang, teman masa kecil, dan cinta segitiga, maka bolehlah buku ini menjadi pilihan. Pertama kali baca sinopsisnya... Hm, sepertinya mudah tertebak. Tapi cukup penasaran.Impresi saya, novel ini biasa saja. Tidak ada ‘chemistry’ *cieeeelah* yang mendalam yang saya rasakan saat membacanya. Dataaaaaar. Mungkin inilah kekurangan novel ini. Terlalu datar, walau banyak masalah, yang dijelaskan hanya emosi dalam hati para tokoh saja. Itupun hanya sebatas kata, tanpa perasaan menggebu-gebu.Dan juga, masalah utamanya!*spoiler*Oh, please! Mereka itu cuma saling salah paham, dan si Joshia itu terlalu kekanak-kanakan dan manja! Soal plot... Ah ya! Masalah Joshia dan Tristan (salah satu penyebab hubungan mereka memburuk) seolah menguap begitu saja setelah kedatangan ayah mereka. Apakah sifat kekanak-kanakan akan sembuh gitu aja? Joshia yang tadinya superbenci dengan Tristan, tiba-tiba jadi lembut. Begitu ayahnya datang dan menjelaskan persoalannya. Klise memang, tapi tampaknya tidak terpikir cara apa lagi yang bisa menyelesaikan cerita ini, dari segala dendam dan kebencian itu

Do You like book First Love Dilemma (2011)?

Penilaian tentang waktu yang dibenci terlalu berlebihan
—hermie

sedih, terharu, romantis, aaaa lovethisnovel ;;)
—Jocyc6

Aku suka sama jalan ceritanya X'D
—Gary

download or read online

Read Online

Write Review

(Review will shown on site after approval)

Other books by author Pricillia A.W.

Other books in category Romance