Vig Morgan, 29 tahun, redaktur madya di majalah Fashionista. Fashionista ini majalah yang fokusnya ke selebriti. Love, life, home and décor, anything, semuanya related to celebrity. Majalah ini dipimpin oleh Jane McNaill, editor in chief yang enggak banget. Plin plan, galak, egois, moody, tapi kerjanya enggak bener. Ketika Fashionista kedatangan kepala editorial yang baru, Marguerite blablabla *sumpah, namanya panjang banget. Semua nama belakang mantan suaminya disebut-sebut*, Jane yang notabene musuh bebuyutan Marge sejak dulu terlibat perang dingin.Sialnya, Vig diajak oleh Allison, Kate, dan Sarah dalam rencana menggulingkan Jane. Mereka punya empat tahap rencana dan Vig jadi faktor penentu karena Jane agak segan sama Vig *Vig mantan asisten Jane sebelum dipromosiin jadi redaktur madya* dan Alex Keller, redaktur peristiwa yang kayak monster karena marah-marah terus, ada utang budi kepada Vig karena makeover yang dilakukan Vig kepada adiknya. Meski awalnya ragu, akhirnya Vig mengikuti rencana itu.Rencana itu melibatkan, Gavin Marshall, dengan pamerannya yang berjudul Gilding The Lily yang kontroversial karena bisa membuat pihak gereja marah. Vig dipastikan harus memaksa Jane meliput acara ini sehingga akan banyak protes untuk Fashionista, pengiklan mundur, dan Jane dinilai gagal lalu dipecat. Lalu, akan dipilih editor in chief baru, tentu saja Margueritte yang sejak awal sudah terlihat tulus dan baik tanpa cela.Hasilnya? Well, unexpected.Komentar jujur: ini buku tentang apaan, sih?Gue minjam buku ini dari Mbak Yuska, semata karena gue tertarik dengan blurb di kover belakang. Majalah fashion dan intrik di dalamnya? I couldn’t ask for more. Gue enggak punya alasan lain buat enggak baca buku ini. Terlebih penulisnya, Lynn Messina, mantan reporter InStyle, which means, pasti feel majalahnya dapet banget.Hasilnya? Gue kecewa.Gue bahkan bingung mau mulai review ini dari mana.Oke. First of all, characteristic. Gue enggak bisa menangkap karate Vig ini kayak apa. begitu juga dengan jane. Gue nangkep Lynn pengin membuat Miranda Priestley wannabe tapi epic fail banget. Gue malah enggak akan mau kerja di bawah Jane yang enggak jelas kayak gini. Marguerite lumayan. Tapi di ending ternyata Marge berbanding terbalik dengan Marge yang diperkenalkan di awal, gue enggak melihat korelasi yang nyata. Kesannya maksa. Tokoh pendamping lain juga aneh. Apalagi Maya, sahabat Vig. Sumpah, gue emoh temenan sama orang kayak Maya. Tapi secara Vig sendiri juga quirky yang literally aneh seaneh-anehnya manusia, wajar, sih, mereka temenan.Gaya menulis Lynn juga gue kurang sreg. Memang, sih, gue baca terjemahan, tapi gue cukup mengerti tone menulis dia di bahasa Inggris kayak apa. Baru bab awal gue sudah mulai keberatan untuk lanjut. Tapi, karena gue tetap keep positive, gue berharap ada something special di halaman berikutnya. Tapi, begitu gue sampai di halaman akhir, well, gue enggak ada perasaan senang atau apa seperti yang biasanya gue rasain setelah sampai di halaman akhir.Tiga, no chemistry. Antarsemua tokoh. Enough said.Sekarang tentang majalah Fashionista sendiri. Gue yang anak bawang di dunia majalah aja sampai tahu kalau itu majalah enggak sehat banget. Dalam waktu sekian bulan gue jamin hancur tuh majalah. Bayangin, seorang redaktur peristiwa, which is jabatannya udah tinggi, selama dua tahun lebih enggak pernah ke kantor, enggak pernah kerja, tapi malah kuliah arsitektur dan kerja di biro arsitek lalu mendelegasikan pekerjaannya ke asistennya? Dan bodohnya, dari sekian banyak orang di Ivy Publishing, which is korporasi media besar, enggak tahu? Enggak make sense. Logikanya enggak sampai. Udah gitu Jane kerjaannya yang enggak bener juga enggak make sense. Dari pengalaman kerjanya di majalah lain yang sama sekali enggak profesional, kenapa coba dia bisa diminta kerja di Fashionista? Enggak make sense.Dan endingnya apa banget, deh. Maksa.Gue berharap menemukan another Lauren Weisberger tapi enggak tuh. Katanya ini best seller. Tapi, ya, gelar best seller enggak jadi jaminan, kan? Katanya akan difilmkan, tapi sejak 2003 enggak ada kabarnya tuh.Jika ada sisi positif, mungkin gue agak related ke Vig. Vig tahu majalah itu payah tapi dia bertahan. Ketika Alex bertanya kenapa dia bertahan, jawabannya realistis. I need money and I have to live. Gue pernah ada di titik ini, dulu, dan satu-satunya alasan gue bertahan di situasi itu hanyalah karena gue butuh makan. Selain itu, Vig berasal dari Missouri yang tergiur kehidupan glamor kota besar sehingga pindah ke New York dengan tujuan kerja di majalah. Well, gue juga pernah ngerasain itu dan ngelakuin itu.Ada satu fakta yang gue temuin di Wikipedia Lynn Messina. Dia dipecat dari InStyle karena menulis novel ini. Ini agak lucu menurut gue. Majalah Fashionista itu InStyle banget. Related to celebrity. Di novel ini, Vig menghina-hina Fashionista sebagai majalah sampai yang membodoh-bodohi masyarakat dan hanya menang di glossy photo. Isinya nol besar. Pertanyaan yang ditanyakan ke narasumber juga pertanyaan ringan enggak ada isinya. Artikelnya juga nol besar. Ketika akhirnya Vig punya ide tulisan, dia menjualnya ke New York Times dan akhirnya dia dipecat. I mean, semua orang bisa merasa, lho, kalau kedua majalah ini mirip. Kalau Lynn menulis novel ini setelah dia dipecat, bisa aja dia menuangkan kekesalannya ke novel dengan menjelek-jelekkan majalahnya. Kalau ternyata novel ini ditulis ketika dia masih kerja, berarti bisa aja dia curcol ke novel dan InStyle enggak terima lalu dia dioecat. Well, gue ingat omongan editor in chief majalah gue.“Begitu lo kerja di sini, lo jadi ambassador majalah ini. Lo ikut menjaga citra majalah ini. So, lo harus menjaga citra majalah ini karena itu terkait dengan citra lo.”Hubungan nasihat itu dengan Vig adalah, sebagai ambassador dia menjelek-jelekkan majalahnya. It means, dia menjelek-jelekkan dirinya. Udah tahu payah dan lo punya opsi untuk cabut, kenapa malah bertahan? Gue sering menemukan orang kayak gini. Mengeluh dan menjelek-jelekkan tapi bertahan. Gue memang pernah enggak suka sama satu kerjaan tapi gue diam. Gue jujur bertahan karena butuh gaji. Menurut gue, mendingan lo diam dan keep semua kekesalan itu daripada diumbar dan bikin orang punya impresi negatif sama lo, kan? Itu, sih, pelajaran penting yang gue lihat di novel ini.Dalam setiap pekerjaan, kita punya opsi. Bertahan atau pergi. Apa pun pilihan kita, pasti ada risikonya. Dan kita harus siap menanggung risiko itu sendiri, bukannya mengumbar ke muka umum.Back to this book. Terserah deh dibilang best seller author atau apa, gue enggak mau lagi baca buku Lynn Messina karena first impression yang jelek ini.