Category: Books Genre: Biographies & Memoirs Author: An Chee Min Novel ini menceritakan tentang kisah hidup seorang gadis Manchu yang bernama Anggrek Yehonala yang pada kemudian hari akan menjadi Permaisuri Cina yang sangat terkenal.Awal cerita dimulai dengan cerita kematian ayah Yehonala yang sebelumnya merupakan Gubernur propinsi Wuhu. Meninggalnya sang ayah membuat Anggrek beserta Ibu dan kedua adiknya berada dalam kemiskinan. Keluarganya kemudian melakukan perjalanan yang panjang ke tempat kelahiran sang ayah di Peking guna melakukan penguburan. Saat tiba di Peking mereka terpaksa harus tinggal menumpang bersama kerabat jauh sang ayah, seorang paman yang tinggal bersama anak lelakinya yang bernama Ping ( yang juga dikenal sebagai Botol ).Dikemudian hari Orchid mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki hidupnya saat Kaisar Hsien Feng mengeluarkan dekrit yang menyatakan tujuannya untuk mencari istri. Anggrek dianggap memenuhi syarat dikarenakan ia berdarah Manchu dan ayahnya merupakan pejabat yang berpangkat biru. Setelah melakukan beberapa jenjang test kualifikasi, Anggrek akhirnya terpilih sebagai tujuh besar Selir pilihan yang setaraf dengan lefel seorang istri bagi Kaisar. Anggrek terpilih menjadi selir nomor empat dari ketujuh selir terpilih dan 3000 selir lainnya yang hidup dan tinggal di dalam kota terlarang. Nuharoo yang merupakan peringkat satu dari hasil seleksi ini dipilih menjadi istri resmi Kaisar dan ditetapkan sebagai permaisuri kerajaan Cina.Saat memulai hidupnya di kota terlarang Anggrek kemudian memulai persahabatannya dengan seorang kasim yang bernama An-te-hai, yang kemudian dipilihnya menjadi kasim utama bagi dirinya dari sekian banyak kasim dan pelayan yang dimilikinya. Hari berganti menjadi bulan, Anggrek menunggu gilirannya untuk dapat melayani sang Kaisar, namun hingga berbulan-bulan Anggrek menunggu tidak sekalipun Kaisar pernah datang untuk mengunjungi dirinya. Hal ini membuat dirinya semakin tertekan dan putus asa. Tujuan utama dirnya ditunjuk sebagai selir pendamping adalah selain memenuhi hasrat sang Kaisar Ia juga memiliki kewajiban untuk menghasilkan anak dari hubungan tersebut sehingga dapat memberikan calon-calon kaisar baru bagi negeri Cina. Tetapi, betapapun lamanya ia menunggu belum satu kalipun Kaisar memanggil dirinya. Tanpa memenuhi tujuan utamanya sebagai selir berarti Anggrek berada dalam posisi yang terabaikan seumur hidupnya. Menyadari hal ini maka Anggrek-pun berinisiatif untuk menyogok Shim yang merupakan kasim kepala di kota terlarang. Dengan meyogok kasim Shim, Anggrek memiliki kesempatan untuk melayani Kaisar. Karena sudah merupakan salah satu tugas kasim kepala untuk mengatur siapa yang tidur dan melayani Kaisar setiap malam. Pada hari yang ditentukan Anggrek hampir saja kehilangan kesempatannya mencuri hati Kaisar Hsien Feng saat kaisar sendiri mengusir Anggrek dari dalam kamarnya. Namun saat memikirkan kesempatannya hilang sudah Anggrek kemudian mempertaruhkan nyawanya dengan menentang dan berdebat dengan Kaisar, hal yang tentu saja dapat membuat dirinya dipancung karena melawan sang putra langit. Namun saat itu keputus asaan sudah begitu melanda Anggrek sehingga Ia tidak lagi perduli dengan nyawanya sendiri. Diluar dugaan, Kaisar ternyata menjadi tertarik oleh keberanian Anggrek dan menyuruhnya tinggal bersamanya malam itu. Malam itu, keduanya banyak menghabiskan waktu dengan berbincang. Kaisar menumpahkan segala kekuatirannya dan berbincang layaknya sahabat lama. Baru tengah malam keduanya melakukan hubungan badaniah. Hubungan Anggrek dan Kaisar kemudian menjadi lebih dalam dari sebatas Kaisar dan Selir. Keduanya saling jatuh cinta dalam waktu yang singkat. Kaisar begitu memuja Anggrek dan menghargai kepintarannya dalam berpikir sehingga sering kali Kaisar mendiskusikan masalah kerajaan di tempat tidur. Hal yang dianggap tabu oleh dewan kerajaan. Bukan hal yang mengagetkan bila kemudian Kaisar menjadikan Anggrek Selir kesayangannya. Dalam masa-masa indahnya saat menjadi kesayangan Kaisar Anggrek banyak mempelajari lebih banyak mengenai sejarah Cina dan masalah-masalah yang dihadapi negaranya. Ia juga banyak belajar tentang aturan dan itrik-intrik yang berlangsung di dalam kota terlarang. Intensnya hubungan Anggrek dan Kaisar akhirnya membuahkan janin yang kemudian lahir sebagai putra mahkota, seorang calon pewaris tahta baru bagi Cina. Berkat ini kemudian dirayakan besar-besaran diseluruh Negara. Namun dibalik kegembiaraanya Anggrek juga harus menelan kepahitan bagi dirinya. Tak lama sejak kelahiran putranya. Kaisar Hsien Feng kehilangan minat terhadap dirinya. Situasi ini disulut dan dipengaruhi oleh usaha Nuharoo yang ingin memisahkan keduanya karena rasa iri. Memburuknya situasi politik Cina atas tekanan Negara-negara Barat membuat Kaisar tertekan dan akhirnya jatuh sakit. Kondisi Kaisar yang lemah tidak dapat membangkitkan situasi Cina yang sudah terpuruk dan menekan pihak kerajaan.Penyerangan langsung ke kota terlarang oleh bangsa Barat membuat Kaisar dan keluarganya melarikan diri ke pelosok Cina. Dalam pelarian ini kondisi Kaisar semakin memburuk dan akhirnya merengut nyawanya. Dalam posisi tanpa kepemimpinan, posisi Anggrek tersudut oleh ambisi salah seorang pejabat pemerintahan korup yang bernama Su Shun yang bertujuan untuk berebut tahta Kaisar. Anggrek yang merasa posisinya terancam membujuk Kaisar Hsien Feng agar segera menunjuk putranya Tung Cih sebagai pewaris tahta. Kaisar yang sedang sekarat kemudian menunjuk Tung Cih sebagai penerusnya dengan Nuharoo dan Anggrek sebagai wali resmi Tung Cih sehingga sang calon kaisar sampai di usia akil balik.Su Shun juga ditunjuk sebagai pengganti sementara kerajaan menunggu hingga Tung Cih siap untuk memimpin. Su Shun yang sudah mengharapkan memiliki kekuasaan dan mengambil keuntungan dari meninggalnya Hsien Feng menjadi murka terhadap Anggrek. Anggrek yang posisinya kini setara dengan Nuharoo sejak kelahiran Tung Cih, diberikan gelar baru sebagai Permaisuri kebaikan suci Tzu Chi dan Nuharoo sebagai Permaisuri kabaikan hati Tzu An. Namun dengan gelar baru yang disandangnya hati Anggrek tetap tidak pernah merasakan kedamaian karena kondisinya yang terus menerus tertekan oleh Su Shun. Akhirnya dengan bantuan kasimnya An-te-hai dan pangeran Kung saudara tiri Hsien Feng, Anggrek akhirnya berhasil membekuk dan menghukum Su Shun dari usahanya melakukan kudeta terhadap pemerintahan baru. Akhir novel ditutup dengan prosesi pemakaman Kaisar Hsien Feng dan berkembangnya cinta terlarang antara Anggrek dan Jendral Yung Lu.Terus terang awalnya saya tidak tertarik dengan buku ini. Cerita tentang selir dan kawan-kawannya tidak pernah terlalu menarik minat saya. Meskipun cover buku ini sudah membuat saya berkali-kali melirik. Tapi kemudian saya menemukan banyak referensi dan testimony yang menyanjung buku ini. Setelah beberapa kali menemukan testimony yang memuji buku ini akhirnya sayapun meluncur ke took buku terdekat dan langsung membeli dua jilid seri buku ini. Buku kedua sarang dalam tahap pelahapan hehehe bentar lagi kelar dan siap untuk dibuatin reviewnya.Anyway, balik lagi tentang buku 1 ini. Ya saya tau tentang Empress Tzu Chi, dan yang saya tau dari beberapa informasi sosok berkuasa masa silam ini memang tidak pernah di gambarkan dalam sosok yang penuh kasih sayang dan welas asih. Beberapa kutipan malah hanya menyebutkan betapa kejamnya sosok ini dan dianggap sebagai petaka atas kejatuhan Cina. Beberapa komentar mendukung jutrsu datang dari pihak asing yang menyebutkan dirinya sebagai sosok yang membawa mondernisasi bagi Cina, beberapa juga menggambarkan dirinya sebagai sosok cerdas dan bijaksana. Sungguh mengherankan justru disaat diolok-olok oleh bangsa sendiri Ia justru mendapatkan pujian dr bangsa asing. Dibuku ini Tzu Chi aka Anggrek tidak dilukiskan sebagai sosok kejam sebagaimana yg beredar selama ini. Ia adalah Anggrek wanita yang hidup karena Ia harus hidup demi orang-orang yang Ia kasihi bukan kepada Ia harus hidup demi dirinya sendiri. Beberapa kali saat hilang harapan ia memutuskan untuk tetap hidup hanya karena orang-orang disekelilingnya masih membutuhkan dirinya. Simpati saya terhadap sosok ini cukup besar mengingat kehidupannya yang penuh tekanan dan ketidakbahagiaan. Msayarakat luas menilai hidupnya bagai dalam mimpi namun kenyataanya sungguh jauh. Dilimpahi materi dan kekuasaan tidak dapat membuat dirinya bahagia. Dalam hati Ia selalu rindu untuk kembali menjadi gadis kecil yang bermain-main di sekitar sungai dibandingkan menjadi seorang ratu yang bahkan saat buang hajat harus dikelilingi oleh para pelayan yang mengaku kotorannya berbau wangi. Orang waras manapun bisa jadi gila … Hebatnya Anggrek bisa tetap mempertahankan sedikit kewarasan dibalik kegilaan disekitarnya.Buku yang bagus dan harta yang luar biasa bagi pengetahuan sejarah Cina. Yang saya tau buku ini dilarang beredar di Cina mengingat banyaknya kebobrokan dan kehancuran yang diungkapkan penulis dalam buku ini.
Drama cinta dan kekuasaan selir muda Kaisar Hsien Feng... Indah, menawan, dan penuh intrik.Tzu Hsi Yehonala, atau yang dalam bahasa Cina berarti anggrek adalah seorang Maharani, terlebih dia kaisar wanita yang paling lama berkuasa di Cina. Tapi Anggrek tidak mencapai posisi itu dengan mudah. Dia yang dulu hanyalah gadis desa, berhasil mendapatkan kekuasaan lewat rayuan, intrik politik, dan kecerdasan luar biasa.Anggrek dulu hanyalah gadis berumur 17 tahun dari klan Yehonala, salah satu klan penguasa Manchu di Cina. Ditinggal mati ayahnya seorang mantan gubernur miskin, Anggrek dan keluarganya harus mencari cara untuk hidup di tengah kerasnya dunia. Sebagai anak sulung, Anggrek akan melakukan segala cara untuk melindungi keluarganya, termasuk menikahi sepupunya yang terbelakang. Nasib baik melindunginya, karena sebelum pernikahannya, ada pemberitahuan dari istana bahwa Kaisar Hsien Feng sedang mencari istri. Merasa dirinya memenuhi syarat, Anggrek pun mengumpulkan keberaniannya dan menghadap Kantor Pemerintah. Beruntung, dia diloloskan dan menjalani pemeriksaan ketat untuk menjadi istri. Para kasim dan dayang meloloskan dirinya, dan beberapa bulan kemudian, bersama dua ratus orang gadis Manchu lainnya, Anggrek pun berangkat ke istana.Dalam pertemuannya dengan Kaisar Hsien Feng, Anggrek membuat sang Kaisar tertarik dengan kegugupan dan senyum rahasianya. Kaisar pun dengan ringan meloloskan dirinya sebagai salah satu dari tujuh istri resmi Kaisar. Anggrek sulit mempercayai dirinya sendiri ketika dia akhirnya menjadi Selir tingkat keempat Kaisar. Membawa gairah dan harapan, Anggrek berambisi menjadi selir kesayangan Kaisar. Tapi malang baginya, ternyata Kaisar telah melupakannya. Anggrek kini hanyalah salah satu dari 3000 Selir Istana. Pantang menyerah dan dengan dukungan kasim setianya An-te-hai, Anggrek akhirnya berhasil memikat Kaisar dan menjadi selir kesayangannya.Hidup di Kota Terlarang bagaikan peperangan dalam merebut perhatian Kaisar, satu-satunya lelaki dari 3000 wanita di sana. Berkali-kali Anggrek berusaha dijebak karena kecemburuan para wanita, terutama Nuharoo sang Permaisuri. Dalam pertahanannya, diam-diam tiap malam Anggrek belajar dari Kaisar tentang politik ketika Kaisar menceritakan traktrat-traktat Cina dengan bangsa asing. Politik adalah dunia yang dianggap tabu bagi wanita, tapi Anggrek dengan kecerdasannya berhasil menutupi kepandaiannya hingga saatnya muncul.Kaisar Hsien Feng adalah Kaisar yang lemah, yang tergantung pada Su Shun penasihat utamanya. Tak jarang dia membuat Anggrek frustasi dengan kesombongannya, ketidaksensitifannya, dan kepengecutannya. Saat Anggrek sedang hamil tua, dia bersenang-senang dengan para gadis Cina dan menelatarkan Anggrek. Perhatiannya baru kembali ketika Anggrek melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Tung Chih. Tapi kebahagiaan Anggrek akan perhatian Kaisar yang kembali tidak bertahan lama. Kaisar Hsien Feng akhirnya meninggal dunia pada umurnya yang begitu muda karena penyakit dan stress, tiga puluh tahun, meninggalkan permaisuri dan selir-selirnya.Gigih mengajari anaknya Tung Chih sang Kaisar Muda agar tidak mengikuti jejak ayahnya, Anggrek menerima perlakuan dingin dan pemberontakan dari sang Kaisar Muda. Tung Chih malah akrab dengan Nuharoo, membuat Anggrek merasa cemburu dan semakin kesepian. Anggrek di tengah penderitaannya bertemu Yung Lu, bawahan Su Shun yang pandai, tampan, dan setia padanya. Tapi Anggrek harus melawan kebutuhannya akan keintiman, karena statusnya sebagai janda Kaisar tidak mengizinkannya memiliki hubungan apapun dengan lelaki.Anggrek mendapatkan segalanya, tetapi juga kehilangan segalanya. Harga dari keberhasilannya bertahan adalah sederetan pengorbanan pribadi serta penderitaan. Kesepian yang mendalam adalah harga yang harus ditanggungnya sebagai seorang Maharani. Anggrek adalah perempuan yang berhasil berhasil bertahan dan akhirnya mendominasi... dunia laki-laki.Mengapa mataku gagal menemukan kesenangan di ruangan yang penuh dengan harta benda ini? Pelayan-pelayan mendaniku dengan jubah-jubah cantik. Aku berjalan ke meja rias, dan melihat kecantikan tiada tara. Aku berputar mengamati perlengkan kamar, panel-panel mozaiknya yang penuh dengan batu mulia dan hasil panen yang berlimpah. Hatiku menjerit : Apa lagi yang masih, bisa, dan berani kau inginkan, Anggrek?
Do You like book Empress Orchid (2005)?
This is a fictionalized account of Empress Tsu His (known as Orchid) who was the power behind the throne of the Ch'ing Dynasty in the 19th century. According to the author the characters are base on real people and the events kept closed to the events in history. The decrees and poems were translated from the original documents:In the 1850's European incursions and peasant rebellions were already undermining the Dynasty. At the same time Orchid born in to poverty came to the Forbidden City to be one of the emperor's seven wives. The young emperor Hsien Feng had neither the temperament nor the training to lead his country.Of all his wives and concubines, Orchid was the only one to produce a male heir giving her privileges. At the emperor's death in 1861, Orchid through the power of seduction and murder and with her diplomatic and manipulative skills took control of the court and became the ruler.This book is the description of a woman managing to come to power in a male-dominated society where love is survival, seduction is power and treachery is a way of life. The story is told in the first person, Orchid tells her story with passion. I found Min's writing compelling and the descriptions (of palaces, dresses and events) very colourful making the subject fascinating and different. The story is slow moving an easy read. I think people that follow historical fiction will enjoy this book, I surely did.
—Toni Osborne
This book is filled with drama, intrique, loyalty, corruption, forbidden love and mystery. The Forbidden City is a totally different world for the book's heroine, Orchid, who becomes one of the Emperor's wives at the age of 17. Ms. Min has written a spellbinding novel, with colorful and interesting characters, rich detail and a vivid, interesting history of China, complete with details on customs, rituals and distictions between the Manchu's and the Chinese. Orchid and her eunech, An-te-hai will keep the reader spellbound. This is the first book that I've read by Ms. Min and I couldn't put it down!!
—Katsumi
I didn't enjoy this book as much as "Becoming Madame Mao" and "Red Azalea," and would be more apt to award it 3 and a half stars if that rating were available.Regardless, the book depicts a fascinating time in Chinese history. Imperial China, deeply rooted in ritual and tradition, comes alive in Min's novel about the last Empress of China, Tzu Hsi. I enjoy rags to riches stories, but this one comes at a cost. Imperial life is lavish, yet stifling. The Forbidden City is a place of danger and intrigue, and Min works to build tension and suspense in Orchid's early life as one of seven wives to the Emperor. She doesn't achieve this as efficiently as she does in "Madame Mao," or "Red Azalea," whose danger feels more immediate and developed. This may be due to the author's distance from the material, as she is a survivor of the Cultural Revolution and obviously more in tune with the trials of that time. Nevertheless, "Empress Orchid" has great moments. Min writes Orchid well. I think she captures an essence of Orchid that only a Chinese woman can. I really enjoyed the slow transformation Orchid makes from naive nobody to Empress. Min creates a conflicted and charged character without twisting her to Western ideals or subjecting her to a 21st century makeover. Some say that Orchid is flat, or wished to see more emotion from her, criticizing Min's talent for character development, but I think Orchid's careful reflection and suppressed emotion are more appropriate for a girl/woman from her time and culture. Passion, at least its expression, seems to be a western privilege and ideal, and Orchid's world consists of much more calculation and precision. I find Min portrays this, and am thankful for it, although it may make for less steamy, page-turning reading. As Orchid moves up in the Emperor's favor, Min takes the opportunity to splice in historical anecdotes, including references to the Opium Wars and their aftermath/implications for China. In a twist, the Emperor refers to the Western invaders (Britain, France, US, Russia) as "barbarians," and this gives Western readers a chance to reflect on their own history books which depict that same history, but in a Western "voice." These historical/political digressions and Min's heavy description on Imperial art and everyday life do slow down the novel's otherwise engrossing story about manipulation, power, and (at times) seduction, but perhaps this makes the story more rounded? I'm not sure these parts flow seamlessly, as if Min is not sure which type of book she'd like to write, but I did appreciate each part on its own.Min's research has been called in to question with "Empress Orchid," but the fact remains that little is known about Tzu Hsi, yet she stands as a notorious and unloved figure in both Chinese and Western history. I appreciate Min's spin on the Empress as an alternative, or supplement, to history, but do not forget, as a reader, that this is a fictional account and should never be interpreted in place of history. After I finish "The Last Empress," Min's sequel to this book depicting the majority of Tzu Hsi's reign, I may feel more in a position to criticize Min's historical fiction on this period.
—Elizabeth