About book Cosa Nostra: A History Of The Sicilian Mafia (2005)
I've just got the updated version. This is the most authoritave book on the Sicilian Mafia available in English. The following here is my Indonesian review on the book, first posted in another site:Tentunya ingatan akan trilogi The Godfather belum lekang dari ingatan kita. Trilogi tentang mafia yang banyak dipuja-puji di seluruh belahan dunia itu, ternyata disambut dingin di Italia. Banyak yang mengatakan bahwa yang dijabarkan film itu tentang mafia – terutama ketika menyangkut Sisilia – tidaklah akurat.Akan tetapi, Tommaso Buscetta ternyata cukup menyenangi film tersebut. Hanya saja ada adegan yang dianggapnya berlebihan dan tidak realistis, yaitu ketika para mafiosi mencium tangan Don Corleone.Siapakah Buscetta? Dia adalah seorang pentito (jamak: pentiti), anggota mafia yang berbalik menjadi informan polisi. Kesaksiannya merupakan salah satu sumber paling berharga mengenai mafia saat ini. Sebelum Buscetta, yang dijuluki ‘bos dua dunia’, sebenarnya sudah banyak pentiti lain. Sayang, mereka tidak dianggap serius. Kesaksian-kesaksian mereka berlalu bagai angin, dan banyak orang yang tak mau percaya bahwa mafia adalah sebuah organisasi kejahatan rahasia. Banyak yang lebih percaya bahwa mafia hanyalah sekadar semacam ‘cara berpikir’ ataupun ‘perilaku’ orang Sisilia. Baru beberapa tahun belakangan ide mafia sebagai suatu kelompok terorganisasi benar-benar diterima masyarakat. Namun, saat itu sudah terlambat. Kuku-kuku mafia telah tajam menghujam tidak saja Sisilia, tapi Italia. Telah terlalu banyak korban jatuh, baik dari kalangan mafia sendiri, para penegak hukum, maupun masyarakat biasa.Sekarang ini kita sendiri menggunakan istilah ‘mafia’ dengan amat longgar. Gerombolan penjahat terorganisasi apa pun sering kita sebut ‘mafia’. Di Indonesia saja, sering kita dengar istilah ‘mafia peradilan’. Namun menurut John Dickie, penulis buku Cosa Nostra yang meraih penghargaan 2004 CWA Gold Dagger for Non-Fiction, istilah ‘mafia’ sebenarnya hanya bisa digunakan untuk menyebut Cosa Nostra, organisasi kejahatan Sisilia. Kelompok-kelompok lain yang sering disebut ‘mafia’ juga adalah ‘Ndrangheta (di Calabria), Camorra (di Napoli), dan Sacra Corona Unita (Puglia). Istilah ‘mafia’ juga harus dibedakan dari ‘bandit’. Mafia mengenal ‘omerta’ (kode moral anggota mafia; asal suku katanya adalah ‘umirtu’, rasa malu) dan kerap disebut ‘men of honour’. Terasa ironis memang karena mungkin kita tak bisa membayangkan seorang ‘man of honour’ membunuh anak kecil dan melarutkan jenazahnya dalam larutan asam, seperti yang dilakukan oleh Giovanni ‘lo scannacristiani’ Brusca, salah satu dedengkot mafia terbesar di pengujung abad ke-20.Dickie juga menyanggah teori bahwa mafia adalah warisan kuno kebudayaan Sisilia. Kalau Anda pernah membaca serial Master Keaton, misalnya, di situ dipaparkan teori yang cukup lama dipercayai tentang mafia, bahwa mafia lahir dari gerakan kaum miskin dan tertindas Sisilia melawan para penjajah Prancis berabad-abad silam. Dickie justru membuktikan bahwa mafia adalah gerakan modern – baru lahir di abad ke-19 – yang berlatar belakang masalah persaingan bisnis di daerah perkebunan kaya di Sisilia. Mafia Sisilia pula yang ‘melahirkan’ mafia AS yang justru lebih dikenal dunia berkat tokoh-tokoh semacam Al Capone, Lucky Luciano, ataupun John Gotti. Akan tetapi, dalam perkembangannya, kedua ‘cabang’ mafia yang terpisah samudra itu menjadi berbeda dalam banyak hal. Giovanni Brusca, misalnya, merasa malu sendiri ketika mengunjungi mafia AS di New Jersey. Ia terperangah melihat betapa saling terbukanya mafia di AS dan betapa membunuh bagi mafia AS hanyalah suatu keterpaksaan jika tak ada cara lain yang bisa ditempuh.Dickie menegaskan bahwa mafia memang harus diberantas, tapi ia juga menegaskan betapa sulitnya menghadapi mafia yang seperti sudah mendarah-daging di Italia. Mereka mencengkeram politik, ekonomi, bahkan sepak bola. Dan para mafia memang seolah hidup di dunia mereka sendiri, dunia yang sulit kita mengerti karena cara berpikir dan nilai-nilai moral kita yang berbeda dengan mereka. Misalnya saja, bagi para mafia, pembunuhan adalah pekerjaan (bahkan kewajiban) bermartabat, tapi jangan berani-berani tidur dengan istri sesama mafia – itu adalah kesalahan besar, noda bagi seseorang, sama seperti menjadi seorang homoseksual (seperti penuturan putra John Gotti, mantan pemimpin mafia paling berpengaruh di New York) ataupun menjadi germo. Dalam konteks inilah kita mengerti mengapa Bruscetta bisa memaafkan seorang pentito lain yang telah membunuh dua putra Bruscetta – karena ia sendiri pernah dan tahu benar bagaimana rasanya menjadi anggota mafia.Masih banyak lagi hal mengenai mafia dan sejarahnya yang diceritakan Dickie. Detail-detail yang dijabarkannya – mulai dari ritual inisiasi mafia sampai la mattanza, perang mafia kedua yang kejam dan memakan korban lebih dari 200 orang di tahun 1980-an – kerap kali membuat bergidik sekaligus memicu adrenalin. (Tidak heran kalau sampai ada orang yang terinspirasi membuat film dari buku ini!) Cara bertuturnya enak dan lancar. Informasi yang dijabarkannya padat dan sangat ‘mencerahkan’ – rasa-rasanya kita takkan bisa mengaku-aku tahu tentang mafia kalau belum membaca buku ini, yang merupakan buku otoritatif pertama dalam bahasa Inggris mengenai mafia.Dan karenanya, saya rasa pantas jika buku ini saya beri nilai 5/5.
Mammamia!!!! Da habe ich mich so auf dieses Buch gefreut, denn seit dem Tod Falcones habe ich mich mit dem Thema nicht mehr ausführlich beschäftigt und ich wollte nach dem Film "Il divo" wieder mal Up to date im Who is Who der Mörder, Wirtschschaftsverbrecher und honorigen Leute sein.Nach 150 Seiten musste ich das Buch vorerst mal weglegen. Wie kann man derart langweilig über ein so spannendes Thema schreiben und dann auch noch die Wiederholungen, die Unübersichtlichkeit.....grauslich!!! - Ich bin in der historischen Mafia steckengeblieben und noch gar nicht zur Gegenwart bzw. zu jenen Kapiteln der 80er und 90er Jahre, in denen ich mich gut auskenne, vorgedrungen. Vielleicht wird es ja noch besser. Irgendwie scheint dieses Buch sich selbtst zu verlieren beim Anspruch wirklich historisch korrekt alle komplexen Zusammenhänge immer und immer wieder zu kauen. Dass so ein Thema nicht einfach ist, sei unbestritten, aber dass eine gute Aufarbeitung möglich ist, sieht man an David A. Yallop, der die sicher genauso komplizierten wirtschaftlichen Zusammenhänge zwischen Finanz, Kirche und Mafia in den 80er Jahren sowohl genau und komplex als auch spannend erzählt hat.Deshalb verstehe ich die euphorischen Rezensionen von Tagesspiegel, Süddeutscher Zeitung und Welt am Sonntag überhaupt nicht. Aber vielleicht wirds noch besser (habe ich schon zum zweiten Mal geschrieben ist das eine Beschwörung?).Auf jeden Fall gilt das Zitat auf der ersten Seite nicht: Dickie mag ja sicher ein guter Historiker sein, aber auf keinen Fall ein gewandter Erzähler!!
Do You like book Cosa Nostra: A History Of The Sicilian Mafia (2005)?
The topic of Cosa Nosta is obviously a very interesting one and still very obscure. But after the first 100 or so pages of this book, I had to stop for a while. It was so utterly boring! What was also a problem for me were all the Italian names which confused me a lot. I couldn't remember who was who and if I ha read this name before or not. After some time I picked it up again and was able to read through it that time. But I guess that it is enough to read the last 50 (plus minus) pages about the last 20 or so years of the mafia. That was really interesting and also well written! But all in all, I was pretty disappointed by Cosa Nostra. I hardly remember anything at all, expect that there was something about an opera(?) the author kept blabbing about for quite some while and...um...yes. That's pretty much it. Quite bad after 512 pages I guess.
—Janina
John Dickie deserves every accolade he has received for this masterly history of the Sicilian Mafia. A wealth of research materials informed this work and the story is complicated, but Dickie's narrative flows smoothly.It's a book fat enough to contain a thorough account of Cosa Nostra's rural origins in the 19th century, a period of violent social and political upheaval, and the group's epic rise to dominate politics and the drug trade.The book's numerous editions and foreign translations are testaments to its being the definitive history of the criminal organization.
—Carl Russo
This is without a doubt a very detailed account & researched book about the Mafia, but I had to give up about three quarters of the way through. It's difficult to pinpoint exactly why I found it such a slog, but it might have been the sheer, overwhelming amount of detail. There were so many names (Italian, obviously) that it was difficult to remember who was who & who had done what.The opening chapters describing the beginnings of Cosa Nostra were very interesting, but for me it soon became, well, boring.I am sure though that this would be an absolute must read for anyone making a study on anything Mafia related as there is an abundance of fact & detail.
—Daniel Pitcher