Francis merasa harinya telah berakhir, masa mudanya telah terenggut, bahkan dirinya belum punya pacar, saat ayahnya mati gantung diri di loteng rumah. Sebagai remaja lelaki 16 tahun, sosok ayah merupakan sosok yang penting baginya. Siapa yang akan mengajarinya merayu cewek? Menukur jenggot? atau mengajarkan hal-hal "laki-laki" lainnya?. Ia menyalahkan dunia, menyalahkan ibunya, dan yang paling parah, menyalahkan diri sendiri. Francis tak berusaha menjalin pertemanan dengan orang lain, bahkan sahabatnya sendiri yang dahulu akrab sebelum kematian ayahnya, kini dijauhinya. Satu-satunya yang Francis pedulikan adalah adik lelaki satu-satunya, Luc, 4 tahun, yang belum mengerti arti kematian sesungguhnya. Dengan cover bernuansa kelabu, buku berlabel Teenlit ini sudah menarik perhatianku sejak pertama. Akhirnya aku membaca novel tentang kematian lagi, setelah sukses menyelesaikan Ways to Live Forever-nya Sally Nichols yang juga bertema kematian. Diceritakan dari sosok Francis, aku ikut merasakan betapa dalam rasa kehilangan seorang anak terhadap ayahnya yang mati bunuh diri. Mengikuti emosi Francis rasanya bagai naik roller coaster, naik turun, penuh kelokan dan penuh ketegangan. Hingga akhirnya, kita akan diajak untuk belajar bagaimana menyembuhkan luka akibat kehilangan besar dengan berdamai dengan diri sendiri.cover USAYang agak mengurangi kenimatan cerita dalam buku ini adalah banyaknya bintang-bintang pemisah antar paragraf (duh, aku ngga tahu namanya apa). Pemisah ini membuat ide cerita seperti loncat-loncat dan ngga smooth. Dan sejujurnya, aku sendiri jadi kurang dapat mendalami karakter dan perasaan si Francis ini. Meskipun demikian, luka hati Francis dapat dilukiskan dalam pragraf berikut:Bom nuklir meledak di dadaku. Sepuluh ribu guillotine memenggal sepuluh ribu kepala dengan dentangan besi menakutkan. Space Shuttle Challenger hancur terbakar di langit di atas Texas. Sengatan arus listrik menyebar lewat pembuluh darah dan tulang-tulangku. Pikiranku berputar-putra mencari tempat untuk bersembunyi dari rasa sakit itu...
Remaja adalah fase dimana seorang anak mencari jati diri untuk mempersiapkan diri ke fase dewasa. Masih bingung dan labil menentukan tindakan dan ucapan, benar dan salah. Kedua orang tua juga diperlukan untuk membimbing dan menjadi sebuah contoh yang baik.Kehilangan sesuatu membuat rasa kecewa dan sakit dalam diri. Terlebih lagi jika kita kehilangan seseorang. Terlebih-lebih lagi jika seseorang itu adalah orang yang mempunyai hubungan dekat dengan kita. Seseorang yang dicintai dan membuat kita semangat menjalani hidup.Lalu bagaimana jika kedua hal di atas digabungkan? Seorang remaja yang kehilangan seorang ayah yang dicintai dan menjadi panutannya selama ini? Lihatlah Francis, seorang remaja yang ditinggal mati bunuh dirinya. Ia tak hanya harus mendamaikan dirinya dengan kematian ayahnya, tapi bagaimana membuat adiknya, Luc dapat menjalani hidup tanpa ayah. Francis dituntut menjadi seorang lelaki panutan untuk Luc. Tapi bagaimana mungkin jika Francis tak punya lagi panutan. Sedangkan untuk bercukur, menyetir mobil dan hal lainnya, Francis tak punya ayah yang seharusnya mengajarkannya.Belum lagi emosinya stabil, Francis harus menerima kenyataan bahwa Ibunya berkencan dengan pria lain. Sulit baginya, jika sosok ayahnya digantikan dengan lelaki lain. Baginya ayah yang ia kenal dan tahu adalah lelaki yang kini sudah tiada.Wajar dan normal, saat proses berdamai dengan kematian ayahnya, ia kerap berlaku dan berucap salah. Francis masih seorang remaja yang minim pengalaman hidup. Lalu bagaimanakah waktu akan mendamaikan kematian sang ayah? Yuk kita baca novel remaja ini, Selamat Membaca.
Do You like book After (2005)?
I like this kind of books. You know, the books that talk about pain, about how one deals with death and stuff. Especially, it's a teen book. I don't know why, but I enjoy reading books talking about teenagers. About how they deal with life and everything.I have a certain feeling about death. It always gives me such a deep emotion. Either it's family or friends. I need days, weeks, months, or even weeks to understand the fact that someone I know, care about, or love, pass away.That is why, I understand completely how Francis might have felt. Especially since his Dad chose to die by suicide. Shocking.It's a great book for those interested in how people deal with death. Not only is there Francis' story on how he sees his father's passing, but also his Mom and Luc, his younger brother.
—Nadiah
Kenapa buku anak/remaja sering kali bertutur tentang kematian ya? Mungkin bagi anak-anak/remaja, kematian adalah hal yang begitu jauh dan rasanya tidak mungkin terjadi atau menyentuh kehidupan mereka. Sehingga ketika kematian benar-benar datang, hidup terasa bagai neraka. Apalagi jika orang yang meninggalkan mereka pergi begitu saja, hanya menyisakan tanya serta penyesalan yang menjungkirbalikkan perasaan. Tapi ya wajarlah, saya juga mellow berbulan-bulan setelah ditinggal ibu. Dalam buku ini saya sama sekali nggak simpati sama ayah Luc yang memilih jalan mudah untuk mengakhiri kesulitannya, tanpa memikirkan perasaan orang-orang yang dia tinggalkan. Sekali lagi, mati itu mudah, namun hidup adalah perjuangan.Kutipan favorit:"Saat tiba giliranmu menjadi teman yang baik bagi seseorang yang sedang kesulitan, dengarkan saja. Lupakan kata-kata. Kata-kata bisa menjadi lebih buruk daripada tidak berguna."
—Uci
